Bagi pelajar, isi surat cinta lebih menarik daripada materi pelajaran.
Surat cinta lebih gampang terespon oleh saraf daripada materi pelajaran. Satu informasi tentang hubungan kasih sayang seorang teman dalam sebuah kelas belajar dapat berlipat ganda menjadi informasi berjalan bagi mereka, sehingga terus diisukan dan disebarkan ke teman teman yang lain.
Begitu sering saya mengisi di kelas kelas setingkat SMP dan juga SMA, serta sering pula saya menguji bagaimana penangkapan para siswa terhadap sebuah text bacaan, baik dari modul sekolah maupun karya ilmiah sejenis artikel. Namun mayoritas mereka tidak dapat langsung memahami yang dibacanya, seolah hanya dapat membacanya dengan intonasi yang bagus.
Caption from INI's diary |
Sebaliknya, saya juga begitu sering menemukan, jika sejenis surat cinta yang mereka kena baca, seolah terpahami secara dalam, sampai muncul anggapan anggapan yang dikembangkan menjadi narasi narasi. Makanya, tak jarang terlihat dimana diantara mereka yang tak saling sapa lantaran sakit hati, cemburu, iri dan sejenisnya.
Bisa dimaklumi, jika seusia pelajar SMP dan SMA lebih tertarik pada isi bacaan sejenis surat cinta, karena gaya bahasa surat cinta lebih emosional, lebih sejalan dengan masa keremajaan dan pubertasnya, daripada materi Aljabar dalam modul Matematika, yang kerap kali membuatnya mengeluh pusing dan sakit kepala.
Ya, maklum, namun saya hanya berenung, andaikan materi pelajaran menjadi bacaan yang emosional yang sangat menyentuh perasaan, sebagaimana isi surat cinta yang membuat mereka selalu tersenyum bahagia, bagi para pelajar di bangku sekolah dan mahasiswa di bangku kuliah, betapa luas wawasan yang akan dimiliki, betapa dalam pengetahuannya, dan betapa cerdas pikirannya.[]
|Penulis : M Siryi Zamil
|Jember, 14 September 2018 |Room, 20.00
No comments:
Post a Comment