Artikel || Opini || Catatan || Cerita || Puisi || Motivasi ¤ BERKARYA UNTUK SEMUA ¤

MALAM TAHUN BARU


2019. Tahun baru. Tak kala semua orang sibuk berbincang tentang rencana jalan ke alun alun kota dan pantai. Aku justru menganggapnya biasa. Bagiku, itu tidak lebih penting dari tidur malas di kamar atau duduk duduk menyeruput kopi hangat di ruang tamu rumah.

Bagiku, daripada pergi jalan jalan ke pantai, wisata air terjun atau tempat hiburan lainya, hanya dalam rangka merayakan tahun baru, lebih baik aku datang ke rumahmu saja meski hanya sekedar menjumpai keluargamu, lalu menyapa dan bertanya tentang kabarmu. Karena bagiku, itu jauh lebih menghibur daripada menyaksikan taburan petasan malam tahun baru.

Disaat orang orang berseru, betapa asyiknya di moment tahun baru ini jikalau kita adakan bakar bakar daging ayam, sambil lalu menunggu petasan diluncurkan. Aku justru berbeda haluan. Bagiku, ada yang lebih menarik dan baik untuk aku lakukan di moment itu, yaitu menjagamu agar kamu sama sekali tidak tahu suasana tahun baru yang jahat untuk wanita seukuran kamu. Aku berharap setelah melepas mukena, kamu tidur pulas hingga waktu shubuh memanggilmu.

Biarlah kamu tidak tau sama sekali suasana malam tahun baru. Karena malam itu sangat jahat dan siapa pun yang bangun di malam itu, semuanya jahat. Aku hanya ingin menjagamu dari semua makhluk jahat di malam itu.

Pun benda benda yang terikut menyaksikan malam itu berubah menjadi jahat apalagi makhluk bernyawa yang memang jahat. Semua jadi jahat. Aku takut kamu juga terikut jahat gara gara malam itu.

Biarkanlah aku menahan rasa kantuk hingga pagi, hanya untuk menjagamu dengan mimpi indahmu, karena malam sangat kejam di kesempatan itu.

Biarkanlah aku sendiri melawan serangan malam yang jahat untuk melindungimu. Aku rela memberikan segalanya demi kamu ; harta, benda, raga bahkan nyawaku untuk melindungimu tapi tidak apabila itu perasaanku padamu, karena ia terlalu indah untuk aku korbankan. Aku hanya ingin memberikannya kepadamu. Seorang!

Biarkanlah pula aku berkorban segala kesempatanku untukmu, untuk bermunajat kepada Tuhan, bahwa aku berharap kamu selalu menjadi wanita yang sholehah hingga surga nanti. Karena bagiku, kamu lah sebaik baik perhiasan di dunia dan akhiratku.

Malam tahun baru, selamat tidur untukmu, aku doakan semoga serangga serangga malam tersenyum melihat wajah manismu dan tidak mengganggu mimpi indahmu. Semoga dingding, jendela, dan pintu kamar setia menjagamu dari terkaman malam yang jahat. Bye bye!

| Jember | 29 Desember 2018 | 11.00 WIB. | Office|

Share:
Read More

ULANG TAHUNMU





Ada teman kirim salam padaku bahwa 30 Desember, tepat hari ini, adalah hari ulang tahunmu. Iya, pada tanggal itulah kata temanku kamu dilahirkan ke dunia nan indah ini.

Aku sedikit terkejut kenapa kamu tidak cerita cerita padaku tentang hari ulang tahunmu. Apa kamu sedang lupa tanggal itu lantaran terlalu sibuk dengan kegiatan belajarmu disana? Kamu tau, aku ingin ucapkan selamat dan memberikan kado special untukmu. Aku yakin kamu akan sangat bahagia jika pada hari itu aku datang membawa kue ulang tahun lalu bernyanyi sambil bertepuk tepuk tangan bersama adik adikmu.

Tapi sayang, semua itu hanya bisa aku bayangkan, karena jika itu bisa terjadi maka semua orang di sekelilingmu akan sangat membencimu. Ya, mereka sangat tidak ingin kamu dekat denganku apalagi menjadi kekasihku.

Jujur, aku ingin sekali merayakan hari ulang tahunmu bersama adik adik kita. Tapi tidaklah mungkin aku lalukan selagi banyak orang tau tentang itu.

Aku hanya bisa menulis kata kata tentang hari ulang tahunmu di buku harian, lalu aku simpan rapat rapat di dalam kotak bajuku tanpa ada seorang pun yang tau. Biarlah kamu tidak tau pula tentang tulisan itu, tapi suatu saat nanti kamu akan tau sendiri betapa berharganya dirimu lewat tulisan tulisanku.

Hari ulang tahunmu merupakan hari special untukku untuk berucap sebuah kata kata indah kepadamu meski lewat tulisan tulisan sederhana. Ya, aku memang selalu bisa merangkai kata kata jika itu untukmu. Apa karena mungkin segala keindahan di alam raya ini hanya ada dalam dirimu di mataku? Ah, semogalah kamu dipanjangkan umur dan sehat selalu, Amien!

Sebagai penutup dari tulisan ini, selain hanya bisa menulis tentang ulang tahunmu di buku harianku, aku juga sampaikan salam selamat ulang tahun lewat angin malam, semoga di usiamu yang ke 18 itu segala yang kamu inginkan dapat tercapai dan semoga Tuhan selalu memberkatimu. Amien!


|Jember | 30 Desember 2018 | 11.11 WIB. | Office|

Share:
Read More

PERTEMUANKU



Beberapa hari terakhir ini, aku tidak menjumpaimu di tempat biasa itu. Entahlah, aku hanya yakin, bahwa kita tidak bisa bertemu sebab libur dalam beberapa hari tempo ini. Bagiku, aktifitas boleh libur tapi tidak dengan perasaanku padamu.

Makanya, ketika aku tidak bisa bertemu kamu, aku hanya bisa membayangkanmu lewat awan yang berlalu lalang di bawah purnama malam. Ditambah desiran sayu angin malam yang merayu pikiranku. Lalu perlahan berubah menjadi pilu. Baru kali ini aku merasakan bentuk pilu yang sangat meresahkan, ketika aku hanya dapat melihatmu lewat bayang bayang.

Kamu tau, membayangkanmu membuatku gelisah. Lalu rasa gelisah itu meberontak tubuhku, memaksa kakiku untuk melangkah menuju tempat dimana kamu berdiam. Menemuimu dan melihat kamu tersenyum manis padaku.

Ya, ingin sekali aku bertemu kamu sekarang juga dan memandangi wajah meronamu yang biasa terbungkus jilbab motif bunga bunga. Namun aku tak bisa karena banyak sekali pertimbangan yang menawan diriku. Aku tak bisa. Aku sangat takut menggangu istirahat nyenyakmu, setelah seharian kamu sibuk belajar dan menyetor hafalan Al Qur an kepada gurumu.

Atau kalau aku menemuimu, mungkin saja orang orang membencimu karenaku.

Sejauh ini, aku tidak pernah bertemu dan duduk berdekatan denganmu, apalagi sampai berpegangan tangan. Tidak pernah. Pertemuanku denganmu hanya lewat pandangan jarak jauh yang terpisah pagar rumah. Biasanya kamu menyungingkan sekernyit senyum padaku, lalu dengan pelan kamu berpaling dan melanjutkan aktifitasmu. Itu hanya.

Namun, memandangi senyummu saja sudah sama seperti pertemuan orang orang pada lumrahnya. Bagiku, itu sudah pertemuan istimewa yang menurutku nilainya lebih dari sekedar bercengkrama. Itu artinya dirimu sangat berarti bagiku. Mengapa tidak, jika memandangmu saja aku merasa bagai melihat suasana surga, apalagi tentang perasaanmu padaku. Semua terasa indah saat yang kulihat adalah wajahmu. Begitulah jika perasaan yang menilai. Ya, perasaan!

Aku masih saja berharap bisa memandang wajah aslimu, bukan bayangan semu yang mengawang saat malam sunyi. Karena meski purnama pun yang datang menggantikanmu, rinduku padamu tidak akan bisa terobati dengan keindahannya. Hanya kamu seorang.

Makanya jika akhir akhir ini, kamu mendapati aku merenung diam, jangan tanya ada masalah apa, karena aku tidak akan menjawab apapun. Tapi jika kamu bertanya, apa yang aku inginkan, maka jawabku, ingin melihat senyum manismu. Dan Itu hanya.

| Jember. | 27 Desember 2018 | 09.23 WIB | Lt. II |

Share:
Read More

MELLEK POLITIK


Jember - Banyuwangi. Selama dalam perjalanan menghadiri Haul Akbar RKH. Abdul Hamid Baqir, pada tanggal 23 Desember itu, banyak sekali hal yang kami bicarakan dalam mobil yang berisi 7 penumpang itu. Namun tidak bagi Saya dan juga 2 temen saya yang merupakan penumpang golongan muda dimana kami hanya berdiam saja selama dalam perjalanan.

Bagi kami, menguping lebih baik daripada ikut menimbrung pembicaraan demi pembicaraan penumpang golongan tua, meskipun sebagian besar yang dibicarakannya kami sangat tau dan paham, ya, kami lebih update kalau seputar kabar di televisi dan media sosial, hanya saja kami merasa tidak baik jika diantara kami saling memotong pembicaraan.

Sepengupingan saya, dari awal hingga akhir perjalanan pulang, pembicaraan mereka lebih pada seputar politik, mulai dari partai partai yang balihonya terpampang di sepanjang jalan, kyai politik dan kyai nyeleneh yang saat ini viral, hingga pilpres yang suhunya tak kalah panas daripada tema viral lainnya.

Dalam benak, saya hanya terbesit bahwa kalau masyarakat golongan tua, sebangsa petani dan buruh tani saja sudah cerdas berbincang ihwal politik apalagi golongan muda, setingkat pelajar dan mahasiswa, yang setiap hari disibukan dengan kajian dan demonstrasi di jalan jalan, tentu lebih cerdas dan lebih paham tentang itu semua.

Saya yakin sekali, bahwa semua orang di berbagai lapisan masyarakat saat ini sudah pada cerdas dalam memahami dan menilai permainan politik, lantaran terlalu banyak berita berita politik dan juga tentang benda benda yang terpolitisasi yang setiap waktu memadati semua beranda media mainstrem dan sosial.

Maka dari itu, maklum, jikalau sebagian orang lebih memilih bermain mobile legend daripada membuka akun media sosial, yang setiap waktu berseleweran dengan berita politik dan politisasi, karena mereka sudah sangat jenuh menjumpainya.

Kita tau bahwa orang baik menjauhi politik itu tidak baik karena jika orang baik menjauhi politik maka orang tidak baik akan memegang kendali kekuasaan. Kalau sudah memegang kendali kekuasaan, maka semuanya harus ikut kebijakan pemangku kekuasaan, sekalipun kebijakan tersebut tidak berpihak pada kebaikan.

Masalahnya, dewasa ini permainan politik sudah sangat terkesan buruk di kalangan masyarakat. Tidak memiliki kepercayaan di mata masyarakat. Jadinya, masyarakat bingung ikut politik siapa, karena semuanya tampak buruk dan menakutkan, seolah se mulia apa pun jabatan si penggelut politik, ia ternilai tidak baik dengan kepentingannya, baik kelompok maupun pribadi.

Dengan itu, dalam catatan kecil ini, anggap saja saya seorang mederator yang mengumpulkan banyak pembahasan diantara banyak pembicara, lalu menyimpulkannya dalam suatu wacana, bahwa masyarakat mulai resah dengan permainan politik masa kini, dan butuh pembuktian baru siapa tokoh politik yang baik untuk bangsa besar kita.[]


| Jember | Office | 24 Desember 2018 | 17.00 WIB.|
Share:
Read More

DIARY TERAKHIR BUNDA

®M Siryi Zamil

Jangan menangis, sayang…
Ini hanyalah cobaan tuhan…
Hadapi semua dengan senyuman...
Dengan senyuman, dengan senyuman…
(st12)

***
Sore tanpa cahaya mentari. Entahlah… mengapa akhir-akhri ini suasana sore tak pernah munculkan seberkas kecerahan bagi penduduk di bumi? Kejadian ini muncul setelah kematian bunda tercinta berlalu. Ya… semenjak kematian bunda itulah suasana hari lebih sering murung, dan tak pernah menampakan senyum merekahnya kepada sang Bumi, yang setiap waktu mendambakannya.

Bumi pun menjadi sukar membiaskan keindahanya, kecuali buram yang semakin hari semakin menjadi-jadi, membuat semua yang bernyawa tidak bisa berpetualang dari habitatnya masing-masing. Mengapa tidak? jika mendung diatas sana tengah berarak dan berkeliaran, sebentar lagi ia akan luruh berupa kucuran air hujan. Ya…kucuran air hujan sebentar lagi akan segera turun, seperti rasa sedih dikelopak hati yang sebentar lagi pula menciptakan air mata.

Bunda, anakmu masih belum bisa mengubur kenangan itu, anakmu masih berharap untuk lebih lama lagi mengukir hidup bersamamu, Bunda,.. Sungguh hampa! Hidup terasa hampa, tanpa belaian kasih sayang Bunda, yang setiap saat menyertai hidup ini, hampa karena dongeng-dongeng pengatar tidur itu tak lagi mengalir seperti saat-saat bersama Bunda. Andaikan bunda bisa kembali seperti waktu-waktu sebelumnya itu, apapun akan aku lakukan hanya demi kenangan indah itu…tapi..,tapi..,hal itu tidak mungkin terjadi karena Bunda telah kembali ke rumah bunda yang asli.

Mengapa sesingkat ini Bunda pergi meninggalkan anakmu seorang? Tidak kasihanlah bunda kepada anakmu, yang kini mengukir hidup tanpa siap-siapa…

***
Huff…. Dengan segera, aku bangkit dari kursi tua itu, kursi yang selalu menghadirkan sebuah kenangan silam bersamanya, Bunda. Lantas Aku berlari menuju sebua ruangan yang tak berpenghuni lagi, itu adalah kamar Bunda yang sudah sekian hari kubiarkan kosong.

Dalam kamar yang ditinggal penghuninya itu, aku berdiri tegak. Mengitari semua yang terbentang disana; mulai dari atap kamar Bunda, dinding kamarnya yang berwarna putih, serta benda-benda yang berharga menurutku yang tertempel di sana sini, apalagi seperti halnya figura yang membingkai foto-foto Bunda bersamaku, membuat ingatanku semakin merindu akan kebersamaan itu. Bola mataku berkaca-kaca. Aku mengalihkan pandangan menuju ranjang, tempat, dimana Bunda  menghembuskan nafas terkhirnya di atas ranjang yang berkasur empuk itu, Aku alihkan lagi pandangan mataku kesebelah ranjang, sebuah tempat yang biasa bunda tempati, saat memakai muekena putihnya, tempat ibadah Bunda. Ya… tempat itu adalah dimana  bunda mendirikan Sholat…

Ya…Allah aku rindu Bunda….
Ah… Bunda yang cantik… Aku merindukanmu, Bunda! Saat mataku menangkap bayangannya seperti saat-saat biasanya. Ia masih tampak cantik dengan Mokena nan putih berkilau, Ia memutar sesungging senyum kearahku. Pasti senyum itu untukku… kubalas senyum merekah itu dengan senyum rinduku nan sayu.

“Aku rindu Bunda!” Teriakku sambil mendekap tubuh putihnya. Tapi..,tapi.., yang didekap sudah menghilang seketika. Entahlah kemana Ia pergi…? Aku hanya celingukan, mencari sesosok yang sangat kudambakan kehadiranya sebagai obat rindu, diiringi suara histeris yang menyeruak di sudut-sudut kamar. Aku ingin bersama Bunda!

Air mataku menitik, menahan sepotong rindu yang urung terobati. Ya Allah…tega bunda meninggalkanku…? Desahku dalam hati, lamat-lamat sebuah rasa hadir dikepalaku. Dan menggerakkan tubuh mungilku menuju laci, ya… dalam laci itu, Bunda yang sebiasa menaruh sesuatu. Penasaran! Entahlah… hal apa yang menghipnotis pikiranku saat itu. Aku benar-benar merasa digiring oleh mahluk ghaib saat melihat laci nan kecil itu. Lebih penasaran lagi setelah kutemukan sebuah buku kecil didalam laci itu.

Diary? Ya… buku itu adalah diary alias catatan yang menjadi teman saat Bunda mencurahkan isi hatinya. Dan hanya untuk kali ini saja, aku mengetahui teman curhat bunda. Dengan begitu penasaran, kata demi kata aku mulai membacanya…

29 Desember 2012…
Dear, Diary …

Mungkin catatan ini merupakan yang keterakhir kalinya yang  Bunda tuangkan ke dalam  Diary Bunda. Bunda rasa sudah cukup membekali seuatu kehidupan dengan apa yang tertoreh di dalam lembaran ini. Bunda titipkan sepotong pesan pada kertas ini, karena, selain kertas ini akan utuh. Kertas Ini juga merupakan satu-satunya sahabat setia yang bisa menyampaikan petuah-petuah Bunda kepada seseorang yang sangat disayang oleh Bunda.

Sebagai seorang bunda siapa yang tidak ingin melihat anaknya hidup bahagia? Bunda macam apapun mesti menginkan yang satu itu. Mengapa tidak? bukankah kasih sayang ibu kepada anaknya tak terhingga, dan tak harap kembali. Ia akan berkorban apapun dan tak pernah mengharapkan imbalan, sekecil atompun, tidak! tapi sayang Bunda tidak bisa memberi lebih tentang kebahagian karena di sisi lain ada yang lebih berharga dalam hidup ini, ia adalah jati diri kehidupan. Kau harus tau bagaimana jalan kehidupan yang sesungguhnya...

Dalam kehidupan ini, satu hal yang sangat penting dan tak bisa kita tinggalkan, ia adalah ikhtiyar dan doa. Selama kita masih dinyatakan hidup, jangan pernah menyerah dalam melakukan sesuatu! Teruslah lakukan usaha, karena berusaha adalah satu-satunya cara yang menjadi penawar dari segala tantangan kehidupan.

Lakukanlah usaha, jangan pernah menoleh dalam melangkah untuk mewujudkan apa yang kita inginkan, meski kerikil tajam selalu mengiringi setiap langkah, karena memang sejatinya hidup demikian. Mengapa demikian? Bukannya hidup adalah tantangan yang harus kita lalui dengan begitu sukar. Yah, begitulah hidup!

Satu yang Bunda inginkan… jadilah orang sholeh atau sholehah. Yang setia mengirim berkarung-karung do’a untuk menciptakan senyum merekah Bunda di sana. Karena satu-satunya sahabat yang paling setia menemani Bunda di Alam sana adalah sepenggal do’a yang terlahir dari hati seorang anak yang sholeh atau sholehah.

Rasa sedih yang sejak tadi menyesak dalam benakku, kini pecah sudah dan sempurna menerobos melalui sel-sel saraf tubuh, membuat kedua mataku bersimbah air mata sungguh aku tak bisa menahannya. Untuk kali saja aku sempurna menangis, menimang sepotong rindu kepada Bunda tercinta.

Bunda… aku sangat merindukanmu….Aku Sangat menyangimu… Sungguh ku tak bisa berpijak hidup jika semuanya lepas dari pelukan manismu. Aku ingin hidup dan matiku bersamamu…Bunda… tapi… tapi, mengapa kau pergi jauh tinggalkan aku sendirian sesedih in?

***
Mendung yang berarak sejak tadi diatas sana luruh…dan  mengguyur seantero permukaan bumi(*)


|Banyuanyar, 26 Desember 2013

|Penulis adalah seorang pengelana yang terdampar di Bumi FLP R. Banyuanyar

Share:
Read More

NYANYIAN UNTUK BUNDA






®M Siryi Zamil

Bunda…
Sungguh sadis kau, Bun! Kemana saja Bunda pergi? Taukah bahwa tanpa Bunda,  hidupku menjadi sepi dan sunyi? Daripada aku ditinggal sendirian, mengapa Bunda tidak mengajakku saja ke tempat dimana Bunda berada?

Aku ingin hidup bersama Bunda dan ingin menghembuskan nafas terakhirku bersama Bunda. Tapi… dimana Bunda sekarang? Aku sangat merindukan Bunda. Meski aku tidak pernah  tau seperti apa rona wajah Bunda yang mungkin sangat anggun sekali laksana bulan yang menjadi penerang malam, aku ingin sekali berjumpa Bunda, sekalipun hanya dalam mimpi.

Namun, aku tidak tau tentang keberadaan Bunda… Ataupun takdir telah berkata lain bahwa hidupku harus seperti ini, tanpa seorang Bunda. Aku harus bagaimana?

***
Hidupku melanglang buana…
Waktu hanya terkubur tanpa sedikitpun rasa damai yang hinggap dalam hidupku. Hari-hariku hanya kulalui dengan penuh tanda tanya. “Siapa bundaku sebenarnya? Dimana dan bagaimana keadaannya? Apakah sekarang baik-baik saja?” Kucoba beranikan diri menanyakan hal itu kepada Ayah. Tapi, Ayah tidak pernah memberi jawaban yang pasti tentangnya. Ayah pun hanya geleng-geleng kepala, unclear! diraihnya kaca matanya lalu mengajakku berjalan-jalan di sekeliling pelataran rumah. Melihat rerimbunan pohon-pohon singkong yang begitu rindang dan subur sekali.

Kualihkan tanda tanya yang nyaris meledak di kepalaku itu kepada Ayunda. Ih! Ia malah  hanya mengatakan bahwa Bunda sedang pergi jauh ke suatu tempat. Entahlah dimana tempat itu. Sungguh bingung! Aku tak mengerti jawaban yang dilontarkannya.
“Dimana, sih, gerangan?” ucapku dalam hati.

Di sebuah rumah yang serba sederhana dan jauh dari ketidakcukupan, aku mengukir hidup bersama Ayah, Ayunda dan adikku yang masih berusia balita. Tanpa belaian seorang Bunda yang telah  melahirkan aku ke dunia fana ini. Sungguh sunyi rasanya menjalankan hidup sedemikian itu. Tapi, sudahlah! Ada baiknya, bahkan lebih baik jikalau dengan penuh lapang dada menerima semua itu.
Manusia hanya dapat berusaha tapi tuhanlah yang menentukan!

***
“Kasihan sekali Ayah...!”
Ia tak pernah mengenal lelah dan letih untuk mencari sepeser uang dan sesuap nasi demi kita semua di rumah. Bahkan, Ayah telah menyekolahkanku dan mencukupi semua kebutuhanku. Andaikan saja ada Bunda, pasti Ayah tak separah dan sekeras itu bekerja. Aku yakin Bunda rajin sekali dan sangat perhatian untuk mengurusi semuanya tentangku, juga kakak –adikku di rumah.

Tapi…
Alhamdulillah! Semuanya baik-baik saja dan bisa terurusi dengan baik hanya karena  jerih payah Ayah. Aku pun bisa menjalankan aktifitasku dengan baik. Andai Bunda tahu tentang semangat belajarku dan kerajinanku, mungkin Bunda akan menangis dengan tangisan haru.

“Bun… Sekarang aku sudah duduk di bangku kelas lima. Kemaren, Ustadz sendiri yang memindahkanku ke kelas itu. Tidak hanya itu, Bunda pasti lebih haru dan lebih gembira lagi kalau Bunda tahu kejadian kemaren ketika diumumkan bahwa peraih bintang pelajar di madrasah adalah anak Bunda sendiri. Aku, Bun. Aku Rindu Bunda… Sungguh mengharukan. Bahkan, secercah air mata mengalir di pipi Ayah yang tak cembung lagi saat menjadi pendampingku bersama Kyai yang selalu menyuruhku untuk tabah dan sabar mengemban kehidupan nan nestapa ini. Aku pun juga melinangkan berbulir-bulir air mata dengan rasa haruku dalam belaian kasih sayang-nya.”

***
Guliran waktu begitu cepat, entahlah tentang kehidupan…

Ya  Allah…
Kasihanilah hambaMu ini! Hamba tak pernah henti mengingatMu dan berharap keserasian hidup dariMu. Tapi, tapi... mengapa Engkau malah melabuhkan tragedi yang sangat tidak diinginkan? Bukankah Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Dan selalu menyayangi  hambaMu yang patuh akan seluruh titah kuasaMu?

Ya Allah…
Tidak taukah Engkau bahwa hamba tak pernah mencicipi seperti apa manisnya kehidupan fana? Sungguh tega, Engkau membagikan semua ini padaku. Sampai kapan hidup ini berubah dengan perubahan yang tidak lagi nestapa? Atau mungkin, memang aku harus hidup untuk keterpurukan  ini...

Ya  Allah...
Sungguh aku tak rela dengan sosok tubuh yang tengah terbaring di atas ranjang itu yang sesaat lagi akan dikafankan dan dikembalikan ke tempat asalnya. Ia adalah seseorang yang sejak dulu mengajariku seperti apa sejatinya kehidupan. Mengajariku tentang bagaimana berpijak hidup yang sesungguhnya, meskipun hidup bagiku adalah neraka yang mengekang dan menerkam.

Ya Allah…
Tidak taukah Engkau bahwa semenjak aku menghirup udara fanaMu ini, hidupku tidak bisa dikatakan bertepuk tangan. Hidup yang menurutku ada rasa kehilangan, kehilangan seorang Bunda yang telah melahirkanku ke alamMu ini. Dan kini, malah kau mezadahnya. Sungguh, hidup ini tambah sengsara, sengsara yang tiada tara. Tidak kasihankah Engkau kepada hambamu ini? Mana Maha PengasihMu? Mana Maha PenyayangMu? Ataukah semua itu hanya lantunan belaka?

***
Yah...
Aku sangat cinta Ayah...
Aku sangat rindu Ayah...
Dan aku sangat kasihan sekali sama Ayah...

Yah...
Baru aku sadar setelah kepergian Ayah untuk selamanya bahwa begitu banyak kemungkaran yang telah kuperbuat kepada Ayah. Aku mohon, maafkanlah aku, Yah... Maafkan, Aku tidak bisa  berbuat apa…

Aku hanya seorang hamba biasa yang hanya bisa menitikkan air mata atas tragedi ini. Aku sangat menyesal, Yah...

Sejak dulu, aku tak pernah menghiraukan seruan Ayah dan nasehat Ayah. Bahkan,  selalu membiarkan Ayah pergi membanting tulang sendirian. Ketika itu Ayah mendaki gunung dan di sanalah Ayah banyak menemukan benda-benda berharga untuk kebutuhan kita di rumah. Benar, kan, Yah...

Andaikan aku sudah tahu bahwa Ayah akan dipatuk seekor ular kemarin hari, pasti aku akan menemani Ayah untuk memberi tahu bahwa ada seekor ular yang siap mematuk betis Ayah. Kemudian membantu Ayah mencari umbi-umbian. Tapi kini, tidaklah waktu kembali mengulangnya, sekalipun aku ingin mengundurnya kembali. Sia-sia hanya.

Sekali lagi, Yah…
Aku mohon, maafkanlah aku! Sejak dulu aku hidup hanya merepotkan dan menggelisahkan Ayah. Ketika Ayah harus menyekolahkanku, ketika Ayah harus membelikan seragam untukku dan ketika aku meminta uang saku dengan paksa pada Ayah setiap aku hendak berangkat sekolah. Sungguh banyak kuantitas dosa yang telah aku timbunkan pada diri Ayah selama itu. Dan kini, aku tidak dapat berbuat apa-apa atas kelancangan itu, yah…! Aku hanya bisa menyadarinya saat tragedi itu sudah berlalu.

Yah...
Tanpa Ayah, aku merasa sepi dan sunyi. Bahkan, aku tak bisa menentukan mau melangkah ke mana aku mencari hidup? Tapi, bukan berarti aku tidak memiliki impian untuk melatarbelakangi hidup ini. Sekarang aku sudah lulus sekolah dasar, tinggal melanjutkan saja pada jenjang yang lebih tinggi. Tapi sayang, Yah! Aku tidak punya siapa-siapa untuk membiayai sekolahku suatu saat nanti. Yang pasti, aku tidak bisa melanjutkan impian itu,meski targetku sendiri paling tidak harus menyelesaikan Aliyah.

Ya, dulu, ketika ada Ayah, Ayah sendiri yang mengurusi semuanya. Tapi untuk saat ini, siapa lagi yang akan menggantikan posisi Ayah? Memang masih ada Ayunda. Tapi, ia sudah memiliki tanggung jawab lain yang tidak boleh dilalaikan, apalagi ditinggalkan. Ia sudah berkeluarga dan sebentar lagi ia akan melahirkan belahan jiwanya. Keluarga kita akan bertambah. Ayah senang, kan?

Tapi… tapi… kapan Bunda akan kembali untuk menjadi pengganti Ayah. Kata Ayunda, dua tahun yang lalu, Bunda masih pergi ke suatu tempat. Entahlah dimana tempat itu. Aku masih belum sempat menanyakan kembali kepadanya. Semoga Bunda baik-baik saja dan segera kembali untukku. Ya, kan, Yah? Amien!

***
EPILOG
Setelah semuanya jelas terungkap…

“Tidak ! Semua itu tidak mungkin ! Tidak mungkin!” Aku tidak peduli kalau Bunda telah pergi jauh sebagaimana Ayah. Aku belum bertemu Bunda. Aku masih belum melihat wajahnya sedikitpun. Jika memang Bunda telah pergi, mengapa harus sekarang Ayunda mengungkapkan semua itu padaku? Mengapa tidak dulu saja ketika aku selalu bertanya-tanya tentang Bunda? Mengapa...?

Sungguh perih sekali hati ini, Yun! Yang masih terbengkalai untuk kutangisi lantaran harus menambah lagi kesedihan yang sangat menyakitkan. Untuk apa semua itu bagiku, Yun? Kuhanya semakin resah dan bersedih. Hati ini hancur sudah dengan tragedi Ayah.

Aku benar-benar benci kau, adikku...! Kau adalah penyebab atas kematian Bunda saat Bunda melahirkanmu. Kau Kejam!  Sungguh kejam dirimu, Adikku...

Mulai detik ini, aku tidak mau menganggap engkau sebagai adikku lagi. Justru kau adalah musuhku yang nyata selamanya. Begitulah kisah masa laluku saat sedih membelenggu. (*)

|Pamekasan, 27 maret 2013
Share:
Read More

KATA ORANG, TUBUHKU BERBENTUK TIKUS


Sudah terlalu sering aku mencoba mengeluh, mengeluh sebab tubuhku yang tidak nyaman; bau, gatal, gersang dan segala macam rasa yang tidak seperti biasanya aku rasakan. Aku benci tubuhku sendiri. Aku muak. Andai ruhku bisa aku pindah ke jazad lain, akan aku pindah. Aku benar-benar tidak betah dan tidak kerasan bertahan dalam tubuhku.

“Duhai orang yang menyihir tubuhku, kembalikan tubuhku akan sedia kala. Kembalikan!” Hanya kalimat itulah yang sering aku lontarkan dengan nada suara berangku. Namun seolah tiada seorangpun yang mendengar jeritanku. Aku pun hanya bisa menangis, sebab aku tidak ingin tubuhku menjadi aneh, yang kecil seukuran kaki manusia, bahkan bisa saja aku terkena injak kaki manusia kalau mereka tidak melihatku.

Aku tidak tau siapa yang membuat tubuhku begitu. Tapi sebelum tubuhku benar-benar berubah menjadi kecil seperti saat ini. Aku sempat mendengar lengkingan suara dari kamar sebelah, di rumahku. Kata orang suara seperti itu merdu, indah, enak didengar atau bahkan menyejukkan hati. Tapi tidak bagiku, aku sangat benci suara itu, sebab suara itu sering mengganggu ketenanganku. Aku memang sangat kenal pada suara itu, suara yang sering kali membuat diriku gelisah. Kau tau suara apa gerangan?  Ia adalah suara bacaan Al Qur'an yang dibacakan ibuku. Hampir setiap sore, suara itu terdengar, menganggu aktivitas dan ketenanganku. Ya, suara itu mengganggu aktivitasku, mengganggu saat aku sedang menelpon kekasihku, atau saat aku menonton televisi dengan asyiknya.

Kebetulan, waktu itu aku tengah serius dan tidak bisa diganggu oleh siapapun, karena aku sedang asyik Chatting-an dengan kekasihku. Tapi suara itu yang terus menggangguku. Aku berang. Lalu aku bangkit dan beranjak dari ranjang empukku, mendatangi suara itu di kamar ibu yang bersebelahan dengan kamarku. Ibu sedang membaca Al-Quran. Aku melihatnya dengan penuh amarah, dan memarahinya.

“Bu, hentikan bacaanya!” Sergahku dengan nada keras. Lalu, aku ambil kitab Al-Quran yang seukuran kantong saku Itu. dan dilemparnya ke luar jendela. Ibuku terperangah, memaku. Dia hanya geleng-geleng kepala, didengarnya kata Astsghfirullah!dari mulut manisnya. Aku yakin, dia berpikir mengapa aku berani-beraninya melempar Al-Quran kecil itu keluar jendela. Bukannya semua orang, termasuk aku memulyakan kitab suci itu? tak banyak basa-basi lagi, beranjaklah aku  menuju ranjang yang menjadi tempat favoritku, dan kembali memebaringkan tubuh, ditemani BB-ku .

Dan sejak itulah tubuhku terasa ringan dan terasa mungil diatas ranjang empukku yang lapang itu. Akupun menjadi gelisah, bahkan menangis, memanggil –manggil “Ada apa dengan tubuhku? ”. Aku kekacauan dalam kamarku itu sendiri. Lebih lagi saat tampak jelas bahwa kulitku berbulu abu-abu, dan berbuntut halus nan panjang. Ih! Aku sendiri jijik melihatnya. Aku tidak ingin kulit hina itu adalah kulitku yang sebenarnya. Tapi, kulit itu melekat di tubuhku. Ya, kulit itu benar-benar menjadi milikku. Entahlah apa penyebabnya? Makanan? Tidak! aku selalu makan makanan yang  bergizi dan bervitamin. Ataupun  ini adalah  Kerama Ibu. Karena kata orang seorang ibu itu menyimpan banyak kebohongan, yang membuat dirinya mulya bagi seorang anaknya. Maafkan aku, ibu, anakmu!

Ada banyak orang di rumahku. Para Tetangga, Mereka mendatangi rumahku, karena hanya mau melihat keadaanku yang sedemikian itu.  aku tidak apa mereka mau menjengukku atau hanya menonton tubuhku yang aneh itu saja. aku menjadi malu, saat melihat mereka yang menutup hidung, dan mendengus jijik, seakan tidak suka dengan keberadaanku yang seperti itu.  mungkin karena tubuhku bau, atau menjijikan baginya.

Sebenarnya aku ingin sekali menjauh dari pandangan mereka, tapi, tubuhku, tubuhku seakan tak bertenaga, aku merasa malas sekali untuk dapat beringsut dan bersembunyi di balik Soprei di atas ranjang itu.

Lagi-lagi aku merasa malu, sangat teramat malu, saat semua yang menyaksikanku berkata bahwa tubuhku mirip binatang buronan orang-orang rumah, lantaran selalu mencuri hasil panen mereka. Ya, makhluk sepertiku yang selalu mencuri makan seperti gandum, jagung, padi milik kaum petani.

Kata orang, tubuhku mirip sekali dengan Tikus. Hah Tikus???


|Ef-El-Pe- Sepuluh*)
|Lantai II, Serambi Masjid | 06 Maret 2014
Share:
Read More

COGITO ERGO SUM

"Allah itu siapa? Dimana dan sedang apa sekarang? Aku ingin mengenalnya..."

®M Siryi Zamil
***

Buk! Buk! Entah berapa ratus kali pentungan itu menyambar tubuhku. Tubuhku melemas. Tak berdaya. Tak peduli aku melolong sakit dan minta tolong. Nihil. Kau tau... sekujur tubuhku memar,  lebam, bengkak dan seolah seluruh tulang tubuhku remuk. Entah barang keras apa saja yang hinggap di sekujur tubuhku lantaran onar yang aku perbuat di sebuah mesjid beberapa menit lalu.

Tak cukup itu saja, mereka juga menyeret tubuhku di sepanjang jalan sembari berteriak ”ini malingnya yang selalu mencuri uang amal mesjid” begitu kata mereka. Aku dipertontonkan pada orang orang sekampung di tempat itu dan dibilang pencuri uang di kotak amal mesjid yang sering habis saat tiba waktunya diambil oleh muadzin mesjid. Aku tidak merasa menjadi pelaku akan hal itu karena jujur hanya kali ini saja aku kebetulan mampir di mesjid itu.

Sebelumnya, aku tidak kenal mesjid itu. Ya, aku sama sekali tidak kenal mesjid itu dan daerah mana.

“orang ini harus dihabisin!” sergah salah seorang dari mereka sesekali dilayangkan sebuah pukulan keras. Yang lain pun berteriak setuju sembari menuding-nuding dengan berang ke arahku. Aku tidak bisa lagi mengelak dengan sergahan mereka. Aku hanya bisa pasrah saja.
Beberapa jenak kemudian datang seorang nan gagah dengan pakaian serba putih.

“Ini pak kiai yang selalu mencuri uang amal di mesjid itu!” ucap salah satu dari mereka. Menunjuk ke araku lagi.

“Ya, pak kiai ini harus dikasih pelajaran agar kampung ini aman!” tambah lainnya dengan suara ribut.

“Semuanya, diharap tenang, menghadapi masalah seperti ini, bukan seperti itu caranya. Kita tidak boleh sembarangan menuduh. Kita harus tau terlebih dahulu apakah orang yang dituduh itu betul atau tidak menurut saksi yang shah.” Jelas pak kiai itu. Menyejukkan rasanya mendengar kata-katanya yang bijak.
“Lebih baik kalian bubar saja biar saya yang bicara dengan orang ini” tambahnya. Tak satupun diantara mereka yang bersuara. Mereka menuruti perkataannya.

Tragedi itu mengundang rasa sesal yang tiada tara dalam diriku dan hal itu terjadi karena kekhilafan yang aku lakukan, yaitu selalu membangkang perkataan abah dan ummi semenjak berada di rumah hingga saat ini. Ya, pada waktu itu pagi-pagi sekali aku meringkuk di kamar. Dari luar pintu entah sudah berapa kali suara ummi memanggil-manggil sambil mengetuk-ngetuk pintu namun aku tidak menggubrisnya sama sekali. aku tidak menghiraukan suara ummi lantaran memperbaiki selimut tidur dan berusaha untuk tidur lebih nyenyak lagi. aku tau mengapa ummi mendatangi kamarku sebelum pajar mengumbar di ufuk timur tiada lain agar aku segera bangun dan menyegerakan shalat shubuh sebelum waktu shalat shubuh benar-benar tiada, seperti hari hari sebelumnya. 
Tapi bagiku, shalat itu untuk apa sich. Bukankah mengerjakannya hanya membuang-buang waktu saja. Tidak ada gunanya. Coba kita pikir abah dan ummi tiap hari shalat, tiap malam shalat, tiap shubuh shalat, shalat shalat shalat selalu shalat, tapi tak ada imbalan apapun yang mereka terima. Palingan Cuma payahnya saja yang ada. Lantas, buat apa mengerjakan shalat yang katanya untuk menyembah tuhan yang bernama allah. Hanya buang-buang tenaga menyembah tuhan yang tidak tau seperti apa rupanya.

Hampir setiap pagi ummi mengetuk-ngetuk pintu. Sudah selesai shalat? Begitu ucapnya juga pada waktu shalat yang lain. Aku pun tak kalah beralasan. Selalu mengatakan ya pada ummi meskipun sejatinya aku adalah orang yang anti shalat atau bahkan paling benci mendengar kata shalat dan sebangsanya.

Akhirnya semua keluargaku tidak mampu juga meningkahi sikapku yang demikian termasuk ummi. Dia sudah tidak kuat lagi mendidiku dan mulai berusul untuk menempatkan aku ke sebuah pondok pesantren kepada abah. Abah adalah seorang tokoh masyarakat yang disegani banyak orang di kampungku. Ya, hampir semua orang di kampungku yang takluk akan kebijakan abah. Kasih tau Hj. Mustofa dulu. Begitu kata mereka sebelum memvoting keputusan dari suatu perkara. Baru mereka boleh bertindak kalau sudah ada keputusan positif dari abah. Demikian sekilas mengenai abah. Tapi bagiku abah adalah orang yang misterius yang pekerjaannya tiap hari hanya ibadah terus atau lebih terangnya abah adalah orang ahli ibadah menurutku. Selebihnya tidak aku tau.

Abah sepakat dengan pendapat ummi memindahkan aku untuk tinggal di pondok pesantren. Mereka memanggilku dan memberi aku tau panjang lebar mengenai pondok pesantren. Abah bilang bahwa pesantren adalah suatu tempat untuk belajar ilmu agama. Aku hanya menganggukkan kepala. Bertanda setuju. Meskipun sejatinya aku tidak tau ilmu agama itu seperti apa. hanya sebagai tindakan rasa patuh saja pada abah dan ummi. Sementara dalam otakku bertubi-tubi kalimat yang menimpali perkataan abah dan ummi. Tapi mau apa lagi. aku harus menurutinya.

***
Beberapa hari kemudian, kehidupanku harus benar-benar hengkang dari semua keluargaku. kalau semenjak dulu alas tidurku  sprimbed kali berubah bilik bambu dan hambal tipis yang apabila aku tempati membuat kulit gatal, kalau semenjak dulu selalu makan dengan nyaman bersama keluarga kali ini harus mandiri juga kalau dari dulu tempat mandiku mewah tanpa sedikitpun kekurangan air namun kali ini selalu merasa tidak puas karena untuk cuci mukapun harus berebutan dengan santri- santri yang lain. Mengurangi kepadatan saat antrian yang begitu banyak, aku sering memutuskan pergi ke sungai yang berada di sebelah selatan pondok. Begitulah kehidupan di sebuah pondok pesantren AL- HIDAYAT, yang berada di daerah kabupaten Pamekasan, sebuah kabupaten yang dikenal daerah pendidikan dari empat kabupaten di Madura.

Satu, dua, tiga hari, aku mulai tidak kerasan di pesantren itu. rasa gelisah, bosan dan lain sebagainya semakin menghantuiku. Semua yang tidak aku sukai saat berada di rumah menjadi sempurna di tempat guna belajar ilmu agama tersebut. Mulai shalat berjamaah lima waktu yang wajib bagi semua penghuni disana, mengaji kitab juga belajar baca al-quran yang sering menggangu tidur nyenyakku saat terdengar suara ummi membacanya dulu di rumah. Aku pun mulai memahami bahwa ilmu agama adalah hal yang selama ini aku benci. Ya. Aku sangat benci ilmu agama. Aku tidak mau belajar itu aku tidak mau belajar itu... aku tidak mau...

Telah aku putuskan bahwa aku tidak angin belajar ilmu agama itu. hingga akhirnya aku nekad kabur dari pondok pesantren AL-HIDAYAT tanpa memberi tau abah dan ummi juga pengurus pesantren yang selalu menindak santri yang tidak shalat berjemaah dan bolos mengaji kitab. Ini tempat iblis. Begitu batinku mengecam pesantren itu.

Semenjak itu kehidupanku berubah menjadi gelandangan yang hanya keluyuran di sepanjang jalan. Dan yang sering aku lakukan sebagai obat dari kegelisahan hati ini, aku selalu mampir di bar, meminum zat beralkohol itu dengan sebanyak banyaknya hingga membuat diriku jauh dari kendali pikiran normalku. Dan dalam pada itu, aku berjalan gontai menuju sebuah mesjid dengan tawa yang terus berbahak sembari memanggil nama Allah dengan tak karuan.

“Allah, dimana kau sekarang? ini aku sudah datang ingin bertemu kamu... hahha... dimana kau sekarang keluarlah!” ucapku lantang dalam mesjid itu. Tanpa menghiraukan tempat itu suci. Aku menginjakkan kaki dengan seenaknya tanpa melepas sandal yang entah telah berepa kali menyentuh barang najis. Akibat itulah aku dikroyok dan diseret massal oleh orang-orang  sekampung. Hingga tubuhku tak berdaya.

Hidupku terasa berbeda setelah tinggal bersama kiai itu. hatiku damai dan tenang saat bertatapan dengannya. kata-katanya yang lemah lembut seakan menggetarkan jiwa, hatinya yang mulia bagai berlian yang mengkilau bagiku.

Indah. Sungguh, orang itu itu menyejukkan jiwa, bagai rinai hujan dalam kemarau hatiku.
Rasa ingin berguru pada orang berjubah putih itu mulai timbul. Ya. Dengan hadirnya rasa damai saat berada di dekatnya itu membuatku ingin belajar hidup padanya.

***
Tubuhku tidak bisa kugerakkan. Rasa sakit dan  ngilu di sekujur tubuhku membuatku harus terbaring lama di ranjang tua pak kiai. Rasanya aku butuh waktu yang lama untuk bisa bergerak dan beraktivitas. Namun begitu aku harus segera sembuh lantaran agar tidak terlalu merepotkan kiai itu. seharusnya aku tidak mendapatkan pertolongan sebaik ini karena aku adalah orang yang telah mengkacaukan masyarakat sekampung. Nah itu yang membuatku harus belajar sesuatu dari kiai nan bijak itu.

“Sudahkah ada perkembangan dengan kondisimu, nduk?” tanya kiai itu menghampiri ranjang yang aku tempati.

“Terimakasih banyak kiai!” ucapku sambil berusaha bangun untuk meraih tangannya yang mulai keriput namun aku gagal melakukannya lantaran rasa sakit yang teramat sangat merantai tubuhku. Aku merasa sangat bersalah atas kejadian hari kemarin.

Aku ingin sekali mencium tangan orang tua itu dan meminta maaf padanya. namun aku masih belum bisa melakukan itu sepenuhnya. Aku hanya bisa menitikkan buliran air mata saat semua itu aku sadari.

“Berterima kasihlah pada Allah, nduk! ” ucap kiai itu membuatku tidak paham.

“Allah itu siapa kiai?” tanyaku antusia dengan kata yang satu itu.

Semenjak sebelumnya aku tidak pernah suka mendengar kata-kata itu. karena aku mengira dia hanya sebatas nama benda yang antik.

“Allah itu adalah tuhan semesta alam, dia yang menciptakan kita, serta mengendalikan semuanya, nduk! Berterimakasihlah padaNya, karena sesungguhnya, dia yang mengizinkanmu untuk berada di tempat ini” jelasnya panjang membuatku semakin paham tentang nama itu.
“Sedang apa dan dimana dia sekarang, kiai?” tanyaku selidik.

“Dia sekarang sedang  mengidzinkan kita berdialog tentang-Nya, nduk. Dia tak berumah seperti kita, tak punya bapak dan ibu, tidak pula beranak! Dia tak bertempat, tapi dimana kita berada, dia mengetahuinya. Itulah tuhan kita Allah, nduk! ” ucapnya.

“kiai, ajarilah aku ilmu agama. Aku ingin kenal denganya!” kataku memohon. Aku merasa sangat berdosa padaNya karena lebih dari sering aku menyukutukan Allah. Aku ingin minta ampun dan bertaubat padaNya. aku merasa sangat berdosa padanya. Ya berdosa.
 “tenangkan dulu kondisimu, nduk! Soal itu, aku sangat bersedia. Aku punya teman disana. dia adalah pakar agama yang pernah mengajariku ” ucap kiai itu padaku yang tergolek.

“kalau boleh tau siapa orangt itu, kiai?” tanyaku menyelidik.

“Dia adalah Hj. Mustofa, berkediaman kabupaten Sumenep”

Degg! Apa benar dia adalah abah?

***

EPILOG

Asyhada Allah Ilaha Illallah Wasyhadu Anna Muhammadurrasulullah...

Dengan hati yang tulus, tergumam dari suara nan lirih dari mulutku, disaksikan langit dan bumi, aku melafadzkan Syahadatain. Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan nabi Muhammad utusanNya.

Abah. Abah adalah guru agamaku yang memperkenalkan aku kepada Allah. Allahuakbar...(*) 

|Banyuanyar |17 Februari 2015
Share:
Read More

SANTRI, BERLIBUR UNTUK BERKREASI


*Santri Banyuanyar saat sowan ke pengasuh
sebelum libur dari pondok



10 Rabiul Awal 1440 H.

Salam teruntuk Santri ...

Selamat berlibur untuk kalian, selamat jalan menuju kampung kelahiran. Hati-hati di jalan. Di rumah, bapak-ibumu sedang menantikan, dan jangan lupa sampaikan pesan pengasuh yang tadi malam, pesan itu mengandung amanah yang perlu dikaji dalam-dalam, pesan dimana kalian harus mengamalkan, mulai dari harus berkata sopan dengan bahasa "perpesan", berpenampilan rapi ala santri "kopiah dan sarung" tetap diprioritaskan, bukan celana jeans dan rambut punk, karena itu bukan citra santri yang diajarkan. Tak kalah penting berakhlak yang baik nan sopan, sehingga semua orang suka dan membanggakan kalian.

Kurang lebih sebulan kalian berliburan. Gunakanlah waktu untuk kebaikan, bukan untuk jalan-jalan, apalagi bersepeda kebut-kebutan, bukan pula pamer gaya di tepi-tepi jalan, apalagi berpacaran dan kencan. Jangan sampai itu dilakukan, karena itu akan mengecewakan orang tua dan keluarga kalian dan merupakan bentuk pencemaran terhadap pondok yang kita sayang. Aku ingatkan yang demikian karena itu rawan dilakukan.

Santri dan media sosial. Canggihnya era sekarang, ayo kita gunakan untuk berlomba-lomba dalam hal kebaikan. Gunakan media sosial, berstatuslah untuk membawa kebaikan,  berupa gambar maupun tulisan, bukan besrselfie lalu update untuk dipajang seperti orang berjualan. Gunakan media sosial untuk dawah bil qolam juga billisan. Itu lebih baik, bukan ?

***

Bangga sekali jadi santri. Berbulan-bulan tinggal bersama Kyai. Di pondok kegiatannya banyak sekali, mulai dari menanak dan cuci baju sendiri, sholat berjama'ah rutin tiap hari, belajar dan mengaji kepada ustad dan kyai. Semuanya serba mandiri. Tapi disanalah kita belajar arti hidup yang sejati. Mandiri meneguhkan jati diri, bersama teman belajar bersosialisasi, sebagai persiapan untuk di masyarakat nanti.

Santri : berakhlak terpuji, rendah hati, kepada sesama selalu peduli, kepada orang tua berbakti, kepada bangsa dan negara berkontribusi dan kepada agama menttaati. Itulah hakikat santri, anak didik para Kyai.

Santri : teruslah berjuang untuk selalu berbakti kepada agama dan negeri, agar hidupmu menjadi berarti !

2018 (Room, 14.22)
Share:
Read More

NOVEMBER HUJAN LAGI


Baru kemarin kutemui pucuk mawar mekar
Dan belum sempat aku petik
lantaran mendung kemudian berarak
mengundang gerimis lalu hujan
November, akhirnya hujan ke-dua turun
basahi pekarangan genangi ranjang

Mungkin harus kubuat sekat pemisah
antara aku dan hujan...
agar tak terlampau membuatku gigil
dan menjerit-jerit masuk angin
lalu muntah-muntah...
bukan sakit perut yang ku takutkan
tapi sakit hati ku tak tahan

Atau malah ku biarkan saja
angin mendoyongkan atap perumahan
hingga enyah di tengah curah hujan
dan esoknya aku akan kedinginan
masuk angin, sakit hati, lalu muntah...

Jujur aku tak tahan
maka biarkan aku tetap diam
biar ku nikmati hujan hingga reda
dan ku sambut pelangi seelahnya....


|Penulis adalah FLPress | Tetesan pena Inspirasi

Share:
Read More

IF WE THINK WE CAN WE CAN

*Pena Inspirasi : Jika kita berpikir bisa maka kita bisa. Isilah otak kita dengan prinsip dan optimis bahwa semuanya tidak ada yang tidak bisa selagi ada usaha

“Layang-layang naik sebab menantang angin bukan mengikuti arus angin” begitulah salah satu kata bijak Kahlil Gibran yang sempat aku hafal itu. Aku mencoba menanamkannya dalam dalam di pikiran dan selalu berusaha mengemplementasikan kalimat tersebut dalam kehidupan nyata.

Menurutku kalimat sederhana itu ada cocoknya dengan apa yang sering terjadi padaku dan mungkin juga kebanyakan orang  saat teman-teman di sekeliling mereka  lebih bisa dari pada dirinya. Tapi tidak semuanya. Karena aku juga sering melihat anak-anak dimana ketika melihat orang lain hebat hanya mengatakan “Memang orangnya hebat” seakan tidak ada rasa tertantang sedikitpun dan memasrahkan potensi padanya.

Adalah hal yang perlu kita sadari karena kita lahir ke muka bumi ini dengan tuhan yang sama dan kasih sayang yang sama, sama-sama makhluk, dan sama-sama dilahirkan dari cucu-anak adam juga, hanya saja yang membuat kita beda adalah usaha. Masalah usaha, memang seharusnya kita tempuh selagi menjadi orang hidup sebab hidup itu adalah pilihan, dimana antara yang baik dan buruk yang menentukan adalah kitanya.

Senada dengan perkataan Ippho “right” Sentosa dalam salah satu bukunya, bahwa hidup wajib bahagia bahkan masuk surga. Lho mengapa dia mengatakan begitu? Dia sangat kuat atas landasannya bahwa hidup adalah pilihan. Mengapa harus yang sensara kalau yang bahagia kita bisa? betul bukan?

Back to awal. Lantas, bagaimana dengan kalian yang hanya selalu pasrah dan merasa tidak bisa dengan apa yang menjadi titik kekurangan pada kalian. Ayo... mereka bisa kita harus lebih bisa. Caranya? Usaha plus  doa sama dengan tawakkal.

Sedikit cerita tentang masa laluku. Sejak dahulu, aku dikatakan suka cari teman dan berteman, berjiwa sosial. Sekarangpun masih berjiwa yang sama (wk), makanya sapa aku kalau mau kenal dimanapun ketemu asalkan jangan di toilet yach ? hehe ! Lanjut cerita. suatu hari aku bermain bersama teman-teman sebayaku. Kalau tidak salah, kami main klereng. Ya. Klereng ! Di pertengahan permainan, pas asyik-asyiknya bermain, salah satu diantara temanku curang. Tidak memberikan klereng yang sudah dikenai tembakan klerengku. Membantah meski aku memintanya dengan alasan sebagaimana mesti. Teman-temanku yang lain juga membenarkan. Tapi tetaplah ia mengkal. Tidak mau memberikan klerengnya dengan alasan bahwa klerengnya tidak dikenai. Permainan pun  jadi kacau dan tidak bisa dilanjutkan. Aku rebut semua klereng yang ada di genggamannya. Terjatuh ! semua teman-teman mendukungku. Karena memang aku berada di posisi yang benar. Dan ia dengan lakon curangnya itu, mengejarku dan memukulku. Aku pun pulang dengan menangis dan mengadukan semuanya pada ummi. Ternyata bukan malah didukung. Ummi marah-marah. Dan di sela-sela kemarahan itu, Ummi memanaskan kepalaku.

“kalau kamu benar-benar tidak salah, jangan pernah mengalah, kalau orang memukul satu kali, kamu harus dua kali, selagi kamu tidak salah! ” demikian ummi berpesan. Entahlah kalimat jorok atau baik itu ? tapi sampai saat ini. Ia begitu dalam tertanam dalam diriku. Ya ! prinsipku tidak mau kalah selagi di posisi yang baik. Kalau mereka bisa, aku harus menuntut diriku sendiri untuk jauh lebih bisa dan me- luar biasa.

Dan sudah banyak yang kualami selama ini, ketika di kelas, di organisasi, ataupun kegiatan-kegiatan lainnya di pondok pesantren yang aku tempati kali ini. Dan itu terbukti bahwa ketika kita merasa tersaingi dan ada rangsangan dari pihak lain. Itu Sangat lekat sekali dalam benakku. Hingga tumbuhlah rasa semangat yang berapi untuk kemudian tampil lebih wah dan profesional.

So. Buat semuanya, Ayo fastabiqul khoirat ! kalahkan semua rivalmu hanya dengan modal berusaha dan berdoa ! let’s go ! (*)


|BC-A, 10 September 2014

*Buat kalian yang tak merasa tertantang, semoga segera sadar!
Share:
Read More

MENGAPA FILM G 30 S -PKI TAK TAYANG LAGI?

"Bukankah sebelum reformasi Film G 30 S -PKI rutin tayang setiap September di TVRI? Lalu ada apa sekarang? Mengapa tidak lagi ditayangkan ? Adakah tangan tangan jahat yang sengaja menekan untuk tidak tayang lagi?
***

"Bangsa kita sedang menghadapi banyak sekali permasalahan" begitu kata pak Joko Purnomo, wakil ketua Koramil Sumberjambe Jember, di sela sela pemaparannya di hadapan para calon peserta Praktik Kerja Lapangan (PKL) SMK Darul Ulum As Surur Jember. Saya, yang mendampinginya sebagai moderator waktu itu hanya mengiyakan pernyataan itu, karena memang secara realita bangsa kita lagi menghadapi banyak permasalahan.

Mulai dari kelompok yang mau menang sendiri, HOAX, pengangguran, hingga pada sektor yang sangat vital yaitu, Sumber Daya Alam raya kita yang dikelola oleh asing, dan juga ketidakadilan yang membuat bangsa kita timpang. Tambahnya.

Bangsa kita telah lama dirabunkan dari wawasan Nusantara (wasantara) sejak sekitar 20 tahun yang lalu, tepatnya, pasca reformasi. Pasalnya para pelajar yang mengenyam pendidikan setelah masa itu tidak lagi diajarkan tentang sejarah bangsa dan dasar dasar negara Indonesia.

Sebagai konsekuensi, generasi masa depan bangsa begitu mudahnya mengacuhkan kebudayaan bangsanya, justru sebaliknya lebih senang mengadopsi budaya luar, yang nyatanya menjajah bangsa Indonesia.

Bangsa kita disusupi ideologi luar yang yang perlahan mengubah ideologi bangsa dari dalam, dimana eksistensinya jelas mengancam keutuhan, karena ingin mengganti dasar negara, seperti Pancasila dan UUD 45.

Dan bahkan film G 30 S PKI yang dulu rutin tayang di chanel chanel televisi, sekarang sudah tidak lagi, padahal film tersebut adalah refrensi kuat bagi rakyat Indonesia bahwa Komunisne adalah ideologi terlarang untuk tumbuh di Indonesia.

Menjadi pertanyaan besar bagi kita, setelah mengetahui hal hal tersebut, ada apa dengan Film G 30 S- PKI, mengapa sejak reformasi tidak lagi ditayangkan di chanel - chanel Televisi? Bukankah sebelum reformasi rutin tayang setiap akhir bulan September di TVRI. Ya, ada apa dengan Film G 30 S PKI? Siapakah tangan tangannya?

Pertanyaan itu pun sempat saya layangkan ke beliau, selaku pemateri, jawabannya juga tidak memastikan, namun tangan tangan jahat itu adalah sesuatu yang niscaya, dan sengaja sembunyi dalam menekan chanel Televisi nasional.

Hal itu lebih berbahaya daripada penjajahan dulu, karena itu tidak tampak di mata namun mencolek mata.

Selaku rakyat yang sangat cinta Indonesia, kami menuntut TVRI kembali memutarkan G 30 S PKI, karena pengkhianatannya nyata terhadap bangsa. PKI telah membuat bangsa Indonesia luka dan berdarah darah.

Anak bangsa harus tau tentang sejarah kelam bangsa, supaya luka lama tidak terulang kembali, baik melalui kegiatan non formal di masyarakat, maupun formal di sekolah sekolah dan kampus kampus, yang diatur dalam sistem kurikulum pendidikan oleh yang berwenang.

Anak bangsa juga harus tau tentang para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan, agar tau bagaimana lelahnya meraka dalam menggagas dan membentuk kedaulatan bangsa.

Dan agar hasil perjuangan pendiri bangsa yang menjadi dasar negara ; Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI, selalu terasa berharga, sehingga diamalkan dalam kehiduan sehari hari, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ya, agar Pancasila dipatuhi dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari, UUD 45 dilaksanakan dengan baik dan se adil adilnya, Bhinneka Tunggal Ika benar benar djiwai dalam kehidupan bermasyarakat, supaya tercipta kerukunan dan toleransi yang kuat dan NKRI selalu diperjuangkan supaya berdaulat, utuh dan selamat.

"Usia kami sudah tengah ke atas, mulai menuai, amalkan empat pillar tersebut dalam kehidupan sehari hari, karena kalianlah para generasi kami!" ucap pria kelahiran Kediri 45 tahun lalu itu kepada semua calon peserta PKL, lalu mengakhiri pembicaraan.[]


*|Inspirasi : Bpk. Joko Purnomo (Waka. Koramil Sumberjambe Jember*
*|Penulis : M Siryi Zamil*

|Jember, 28 September 2018 |Room, 13.20 WIB.

>>>>>
Dapatkan Bonus 50$ dan Gandakan sampai 500$.
100% Tanpa modal.
Cara untuk menuju dunia Forex.
link:
https://idnfbs.forex/?ppu=6896266
Share:
Read More

SERIBU KEBANGGAAN SEORANG SANTRI



"Santri adalah generasi penerus yang tidak hanya agamis tapi juga intelek. Bangsa yang besar di belakangnya selalu ada santri yang berdoa dan berusaha. Banga jadi santri"
________ 

Profesi santri bagi saya adalah sebuah kebanggan yang luar biasa. Siapa saja yang memilih menjadi seorang santri, dia sudah mengambil pilihan yang besar tentunya. Karena di pundak kaum santri-lah sebenarnya amanah besar dititipkan. Selama ini, santri ibarat lentera di tengah pusaran pertempuran peradaban yang kian mencekam. Bahkan pada saat gelora dan hiruk-pikuk hedonisme kian memanas, maka kaum santri tampil di garda paling depan sebagai benteng yang siap tangkis.

Memang, mendengar istilah Santri dan pesantren, mungkin yang akan terbesit di benak kita sebuah tempat menuntut ilmu agama, yang memilki peraturan ketat dengan sarana yang serba sederhana, sebuah tempat kuno yang tidak didukung dengan tekhnologi yang maju. Dan  bahkan andai kata orang tua kita  menawari kita untuk mondok di pondok pesantren. Mungkin kita akan banyak pertimbangan yang sangat lama atau langsung menolaknya. Berbeda jika orang tua kita menawari kita untuk belajar di sekolah luar (pendidikan formal), tanpa banyak kata pasti kita akan lansung mengiyakan. Itu hanya bagi orang yang berpikir dangkal. Tapi bagi orang yang benar benar berpikir akan eksistansi sebuah pesantren yang sejati. Maka, santrilah sebagai orang-orang pemenang, karena gerakan pertama yang berhasil dalam memberikan kontribusi yang amat besar terhadap kemerdekaan negara kita dulu adalah santri, berlanjut hingga sekarang, santri memilki peran penting dalam perdamaian masyarakat.

Apakah hanya dengan sarana yang serba terbatas itu, pesantren dipandang sebelah mata? Atau karena di pesantren tidak bebas, semuanya serba dibatasi dengan peraturan? Sarana dalam pesantren yang serba kurang, terlebih pesantren salafi, dimana hanya menggunakan kitab klasik sebagai bahan pembelajaran, dan tidak dilengkapi dengan fasilitas seperti tekhnologi; komputer, mikroskop juga internet dan lain sebagainya. Kendati demikian, kualitas ilmu yang didapat seorang santri lebih unggul daripada pendidikan formal di luar. Apalagi di bidang ilmu agama yang sangat mumpuni. Seperti, ilmu tauhid, ibadah, taswwuf, fiqih dan lain semacamnya.

*Santri*

Ada beberapa hal yang menjadi ciri khas para santri. Diantaranya;
Pertama;berbudi pekerti yang baik
Pesantren sebagai tempat pendidikan bagaimana bersikap baik (mahmudah) seperti, tawadduk (rendah hati), ta’awwun (tolong menolong), sabar (menahan diri), Qonaah (menerima apa adanya) dan lain sebagainya. Dan menjauhkan diri dari sifat yang buruk, seperti halnya dengki, dusta, sombong dan lain sebagainya. Dengan itu, hal maklum jika santri lebih disegani oleh masyarakat luas. Karena sifat-sifat itulah yang dimiliki oleh seorang santri.

Kedua; penggerak amal makruf nahi mungkar
“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru pada kebajikan, menyuruh pada yang makruf dan mencekah pada yang mugkar. Mereka adalah orang-orang yang beruntung”  (Q.S. Al-Imron, 104)
Ayat itulah yang dijadikan pedoman oleh santri dalam hidupnya. Salah satu ciri-ciri seorang santri, mereka mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar. Mereka adalah penjaga perdamaian dan ketentraman di muka bumi, seperti halnya memberikan ceramah dan yang lainnya. Dengan itulah, santri memiliki peran penting dalam perjalanan agama islam sebagai  generasi para ulama yang akan menyampaikan risalah nabi kita.

Ketiga;penuntun masyarakat
Sebagai umat beragama, sudah sewajarnya jika mempunyai aturan dan kewajiban dalam agama yang disandang. Bagi orang Islam, rukun Islam merupakan hal paling pokok dalam kehidupannya. Dengan itu, mereka membutuhkan seorang guru untuk mengajari mereka. Sebab ajaran agama Islam tidak cukup dengan teori saja melainkan butuh praktek dan tata cara pelaksanaannya. Di Indonesia, ilmu agama tidak bisa didapatkan secara maksimal dalam pendidikan formal, karena waktu yang sangat singkat dan kurangnya praktek dalam kesehariannya. Satu-satunya tempat untuk bisa belajar secara menyeluruh tentang ilmu agama hanyalah di pondok pesantren saja. Sebab di pesantren serba mengandung nila-nilai agama yang sangat kental, seperti adanya shalat berjema’ah, ajian kitab dan rutinitas baca Al-Qur’an. Sehingga santrilah penyalur dari ilmu agama kepada masyarakat.

Keempat;selalu taqwa kepada allah
Banyak orang yang ingin mendapatkan kesuksesan saat mereka dewasa. Ada yang berharap menjadi orang kaya, orang terhormat, dan orang yang berkuasa. Namun, banyak yang menemukan bahwa impian sulit menjadi kenyataan. Dan banyak pula yang hidupnya tidak tenang setelah meraih impiannya.

Hal itu biasanya disebabkan karena rasa tidak puas dan kekhawatiran akan hilangnya apa yang telah mereka miliki. Padahal dalam dalam sebuah ayat sudah dijelaskan oleh Allah seperti berikut;.
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Dengan berpegang pada firman Allah itulah santri menjalani kehidupan yang fana’ ini. Mereka percaya bahwa dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya mereka akan dicukupi rizkinya oleh Allah. Mereka memasrahkan seluruh hidup mereka kepada Allah. Mereka percaya bahwa Allah telah menanggung rizki mereka di dunia.

Kelima; tegas dan cerdas
Memang seharusnya santri berjiwa pemberani untuk setiap kebenaran dan berkata salah untuk setiap kebatilan tanpa harus mengenal kompromi. Namun demikian ketika mereka berhadapan dengan masalah furu’iyah, maka pada kondisi seperti itu santri harus mampu mengedepankan nilai-nilai toleransi dan memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat cara menyikapi perbedaan itu dengan sebaik mungkin, bahwa masalah furu’ dalam agama bukanlah sebuah persoalan yang harus ditanggapi serius untuk kemudian dijadikan ajang perdebatan.

Sayang seribu sayang, banyak orang yang tidak mengetahui hal-hal di atas. Mereka meremehkan santri, padahal santri memiliki kelebihan-kelebihan seperti di atas dan juga keunggulan-keunggulan lain yang sangat banyak jumlahnya.

Oleh karena itu, sebelum sesal datang di kemudian hari, jadilah seorang santri. Jadilah santri yang benar-benar santri (santri tulen), jangan menjadi santri yang asal-asalan!(*)

________________
*M SIRYI ZAMIL*, Santri Banyuanyar asal Tobai Barat Sokobanah Sampang. The founding father Forum Silaturahmi Antar Santri dan Alumni Sampang (FORSIASA)

>>>>>
Dapatkan Bonus 50$ dan Gandakan sampai 500$.
100% Tanpa modal.
Cara untuk menuju dunia Forex.
link:
https://idnfbs.forex/?ppu=6896266
Share:
Read More

UST. SYAFIUDDIN, GURU PANUTAN ISTIQOMAH

(salah satu guru senior PP.  Banyuanyar)


______________
_Innalillahi Wa Innaa Ilaihi Roojiun..._

Telah berpulang Ust. Syafiuddin Syahid. Pada hari Senin tanggal 17 September 2018 / 07 Muharram 1440 di RS. Slamet Martodirdjo (SMART) Pamekasan Madura.

Pesan Alm. Ust. Syafiuddin yang sangat sering disampaikan kepada santri Banyuanyar ;

 *"Jhe' toju'en e bankunah gurunah, karena cangkolang, ben ngurangeh barokanah elmoh"*

_(Jangan duduk di bangku gurunya, karena Cangkolang  dan mengurangi barokanya ilmu)._
______________


Kali ini kita hanya bisa mengenang betapa mulia jasa dan pengabdiannya kepada kita dan Banyuanyar tercinta. Seolah kita tidak terima secepat ini beliau pergi.

Kepergiannya adalah peristiwa dimana Banyuanyar kehilangan salah  saseorang figur terbaiknya, guru tauladan, penyabar dan istiqomah dalam membimbing para santri.

Kepergiannya adalah peristiwa duka yang sangat mendalam bagi kita semua, santri Banyuanyar. Tapi apalah daya... Panggilan Tuhan telah sampai pada gilirannya.

Santri Banyuanyar tak lepas dari didikan mulianya. Disaat kita masih santri baru pasti beliaulah yang mengenalkan kita apa Banyuanyar, bagaimana meraih barokah dan ilmu di Banyuanyar, hingga bagaimana menjadi santri yang baik Banyuanyar.

Beliau adalah pengantar bagi kita untuk menjadi santri Banyuanyar yang sebenarnya.

Beliau salah satu yang memberi contoh seperti apa istiqomah sebenarnya. Ya, setidaknya beliau menjadi cerminan santri Banyuanyar dalam amalan istiqomah, sebagaimana yang menjadi prinsip Banyuanyar. Gerakan satu tekad Istiqomah.

Bisa diingat bagi yang telah menjadi alumni dan dirasakan bagi yang sedang menyantri, sulit sekali didapati kegiatan bersama beliau libur, seperti ajian kitab (pot. kata santri). Hal  itu menjadi sebuah cermin bagi kita, seperti apa amalan Istiqomah yang sebenarnya.

Dan kali ini, tiada upaya untuk membalas semua jasa bimbingannya kepada kita, kecuali panjatan doa, semoga beliau senantiasa berada di tempat yang tenang di alam sana, diterima semua amal baiknya dan diampuni semua dosa dosanya. Aamiin...

_"Allahummaghfirlahu, Ustadunaa,  Warhamhu Wa Afihi Wa'fuanhu, Aamiin!"_

|Senin, 17 September 2018
|07 Muharram 1440

______________
|Penulis : M Siryi Zamil, Santri Banyuanyar tahun 2009-2015.

>>>>>
Dapatkan Bonus 50$ dan Gandakan sampai 500$.
100% Tanpa modal.
Cara untuk menuju dunia Forex.
link:
https://idnfbs.forex/?ppu=6896266
Share:
Read More

ANDAIKAN MATERI PELAJARAN SAMA DENGAN ISI SURAT CINTA


Bagi pelajar, isi surat cinta lebih menarik daripada materi pelajaran.

Surat cinta lebih gampang terespon oleh saraf daripada materi pelajaran. Satu informasi tentang hubungan kasih sayang seorang teman dalam sebuah kelas belajar dapat berlipat ganda menjadi informasi berjalan bagi mereka, sehingga terus diisukan dan disebarkan ke teman teman yang lain.

Begitu sering saya mengisi di kelas kelas setingkat SMP dan juga SMA, serta sering pula saya menguji bagaimana penangkapan para siswa terhadap sebuah text bacaan, baik dari modul sekolah maupun karya ilmiah sejenis artikel. Namun mayoritas mereka tidak dapat langsung memahami yang dibacanya, seolah hanya dapat membacanya dengan intonasi yang bagus.
Caption from INI's diary

Sebaliknya, saya juga begitu sering menemukan, jika sejenis surat cinta yang mereka kena baca, seolah terpahami secara dalam, sampai muncul anggapan anggapan yang dikembangkan menjadi narasi narasi. Makanya, tak jarang terlihat dimana diantara mereka yang tak saling sapa lantaran sakit hati, cemburu, iri dan sejenisnya.

Bisa dimaklumi, jika seusia pelajar SMP dan SMA lebih tertarik pada isi bacaan sejenis surat cinta, karena gaya bahasa surat cinta lebih emosional, lebih sejalan dengan masa keremajaan dan pubertasnya, daripada materi Aljabar dalam modul Matematika, yang kerap kali membuatnya mengeluh pusing dan sakit kepala.

Ya, maklum, namun saya hanya berenung, andaikan materi pelajaran menjadi bacaan yang emosional yang sangat menyentuh perasaan, sebagaimana isi surat cinta yang membuat mereka selalu tersenyum bahagia, bagi para pelajar di bangku sekolah dan mahasiswa di bangku kuliah, betapa luas wawasan yang akan dimiliki,  betapa dalam pengetahuannya, dan betapa cerdas pikirannya.[]

|Penulis : M Siryi Zamil
|Jember, 14 September 2018 |Room, 20.00
Share:
Read More

INSPIRASI DARI AYAH

My father is my hero

Kalau sudah pulang kampung, aku biasanya ikut ayah-ibuku ke tegal-tegal atau sawah. Karena tak enak rasanya jika hanya berjibaku di rumah atau menghidupi jalan dan jarang pulang.

Termasuk beberapa hari terakhir ini, aku sering menyusul ibu ke tegal, membawa ceret untuk menyirami bibit tembakau juga menanami kembali bibit yang gagal tumbuh.

Aku adalah salah satu anak yang sangat sering mengkritisi ayahku, yang tak pernah putus asa bertani tembakau meski sudah bertahu-tahun dirugikan selalu.

Mengapa tidak, orang ketika tumbuhan tembakaunya subur dan siap panen, ia tak jarang diguyur hujan, pasalnya, harus ditebang massal dan ditanamin tanaman lainnya..

"Kenapa masih ke tembakau. Tidak adakah jenis tanaman lainnya, pak ?" tanyaku sambil megang ceret yang sedang berisi air setengah.

"Kita tak pernah tau rejeki kita ada dimana, cong. Tapi rejeki kita tau kita ada dimana. Rejeki itu tidak pernah tertukar. Siapa tau rejeki kita di tembakau saat ini" jawab ayahku. Aku hanya terdiam membenarkan perkataannya dalam hati.

***

Jangan berhenti berusaha, mengiringinya dengan do'a dan tawakkal alallah. Itu kira-kira ilmu yang didapat dari sikap ayahku.


|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 27 Ramadhan 1439 H.
|Sampang, 14 Juni 2018 |Langger, 18.30
Share:
Read More

INSPIRASI NIKAH



Aku punya teman. Di pondok dia juniorku. Dia kaderku. Yang pasti dari sesi pengalaman, dia tidak lebih banyak daripada aku. Tapi saat sekarang aku berlibur ke kampung halamanku, dia ternyata sudah menikah dulu, dia menyalipku. Hu !

Harusnya aku yang lebih dulu, namun karena aku berpikir harus menyelesaikan kuliahku, laah itu alasanku sehingga harus menunggu.

Perlu aku akui bahwa dia lebih bernyali dariku.  Sebenarnya, jika memang alasanku, karena harus menyelesaikan kuliah dulu, dia juga kuliah kok, padahal dari segi ekonomi dia sama denganku, tergolong orang tidak mampu.

Dari situ, coba bandingkan siapa yang lebih bernyali antara dia dan aku, pasti jawabannya dia, meski lebih junior daripada aku. Dia, tanggungannya keluarga dan kuliah, tapi aku hanya kuliah, hanya satu.

Suatu waktu dia keluar jalan denganku. Aku bertanya banyak tentang hal itu. Dia bercerita semuanya, mulai dari pertama datang ke rumah istrinya yang tidak dia kenal sebelumnya, sampai jadi diakaq meskipun dengan biaya yang sederhana, itu pun hasil dipinjami oleh salah satu temennya. Dia hanya bermodal percaya bahwa Tuhan selalu mengasihi keluarganya, selagi selalu taat agama, rajin ibadah dan bersosial baik dengan orang-orang di sekitarnya.

Dia mengakui bahwa sejak berkeluarga, dirinya seolah langsung mendadak jadi tua (dewasa). Jika sebelum menikah sering keluar rumah tanpa ada rasa beban dalam dirinya, setelah menikah jadi lebih kondusif di rumah dan berpikir untuk lebih bijaksana serta lebih berbaur dengan tetangganya, Jika sebelum menikah, belanja yang ringan-ringan, tapi setelah menikah, mulai memberatkan tangan.

Intinya, apa yang awalnya hanya dimiliki setengah-setengah, dengan menikah bisa menjadi sempurna. Mulai dari pemikiran, tanggung jawab dan juga rejeki yang diberikan oleh-Nya. Semuanya menjadi sempurna. Sekait dengan hadist nabi bahwa menikah itu menyempurnakan setengah agama.

***

Balik bertanya padaku, aku tanggapi bahwa aku ingin sekali sempurnakan setengah agama, tapi dalam benakku berkata "saat ini masih belum waktunya". aha aha

Barangkali ada pencerahan lainnya, monggo, aku sedang menunggunya....


|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 26 Ramadhan 1439 H
|Sampang, 13 Juni 2018 (Rumah, 22.00)
Share:
Read More

PENCEMARAN PERAYAAN AGUSTUS


"Arakan Carnaval dalam rangka perayaan HUT itu tidak akan bernilai baik, jika dilakukan dengan joget joget di sepanjang jalan, sambil diiringi music disco kekinian, serta dengan gaya bebas kebarat baratan"

***


Agustus adalah bulan special secara nasional bagi rakyat Indonesia. Dalam tempo bulan itu, rakyat Indonesia mempertunjukkan berbagai aksesoris keindonesiannya ; memasang gambar pahlawan, menyanyikan lagu kebangsaan, mengibar bendera, menggelar perlombaan hingga memproklamerkan penampilan kebudayaan lewat arakan pawai yang sangat besar, dimana bahkan sebagai agenda wajib bersama di seluruh daerah untuk merayakan hari lahir Indonesia.

Hal itu tidak lain dan tidak bukan, untuk senantiasa mengingat jasa para pahlawan, yang dulu mati matian merebut kemerdekaan dari kolonial penjajah, dan senantiasa menanamkan jiwa nasionalisme terhadap rakyat Indonesia kedepan.

Perjuangan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan bukan dengan upaya biasa, tapi lebih dari itu, mereka mempertaruhkan nyawa demi nasib bangsa kedepan. Ya, semua yang mereka perjuangkan semata untuk menjungjung kehidupan rakyat yang  sejahtera, tentram dan aman sentosa.

Banyak sekali dari para nenek moyang dan pahlawan kita yang syahid dalam melawan penjajah, yang selama ratusan tahun memperlakukan pribumi dengan perlakuan yang tak  berprikemanusiaan.

Sungguh betapa perlu kita saat ini bersyukur dan mendoakannya setiap saat, para pahlawan bangsa. Ya, berdoalah, semoga para pahlawan bangsa di alam sana diberikan balasan yang istimewa oleh Tuhan.

Dalam mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan itu, rakyat Indonesia dengan rutin merayakan hari kemerdekaan, yang luput panjatan doa untuk para pahlawan yang telah berpulang.

Mamun, tampaknya semakin lama perayaan tersebut semakin pula bervarian, bahkan pada perayaan yang bisa dibilang menistakan nilai kemerdekaan itu sendiri.

Ya, perayaan kemerdekaan bumi pertiwi yang seharusnya dilakukan sebagai bentuk rasa bersyukur kepada Tuhan yang telah memberi pertolongan,  justru sebaliknya, dengan perbuatan yang dimurkaiNya.

Seperti beberapa kejadian Agustus kali ini, khususnya di daerah yang saya tinggali dan beberapa daerah sekitar lainnya, dimana kegiatan Carnaval dipersembahkan secara bebas tanpa aturan dari yang memiliki wewenang di daerah tersebut.

Kendali para kepala daerah sangat berpengaruh terhadap perubahan pola pikir anak bangsa, dan setiap wewenangnya kelak akan dimintai pertanggungjawaban.

Oleh karena itu, persembahkanlah yang baik bagi anak bangsa, karena ialah harapan masa depan bangsa. Dahulu para pahlawan dalam mengusir penjajah, senantiasa dengan kalimat tauhid, bahkan puasa dan memanjatkan doa yang tak henti siang dan malam, namun saat ini perayaan itu dilakukan dengan joget joget di sepanjang jalan, perayaan yang penuh unsur mudharat, menistakan jasa para pahlawan, dan bahkan menjadi ajang kemaksiatan, yang mengundang murka Tuhan.

Arakan Carnaval dalam rangka perayaan HUT itu tidak akan bernilai baik, jika dilakukan dengan joget joget di sepanjang jalan, sambil diiringi music disco kekinian, serta dengan gaya bebas kebarat baratan.

Jadi, agenda perayaan kemerdekaan, selain bertujuan untuk mengenalkan jati diri bangsa terhadap para generasi, harusnya agenda utamanya adalah tasyakkuran, bukan justru menistakan dengan keboborokan yang mencederai. Itu yang harus rakyat Indonesi ketahui, supaya perayaan kemerdekaan selalu berindikasi pada nilai nilai kemerdekaan dan kebangsaan.]


|Penulis : *M Siryi Zamil
|Jember,  30 Agustus 2018 |Office, 13.00


>>>>>
Dapatkan Bonus 50$ dan Gandakan sampai 500$.
100% Tanpa modal.
Cara untuk menuju dunia Forex.
link:
https://idnfbs.forex/?ppu=6896266
Share:
Read More

BERTEKAD TINGGI


Berlibur, tiba di Madura, besok hari setelahnya aku diajak jalan keluar oleh kakakku. Sepanjang perjalanan menuju Pamekasan itu, kami di atas kendaraan berbincang banyak hal dan panjang lebar.

Kakakku saat ini adalah interpreuner, sementara aku backgroundnya di pendidikan. Dari perbedaan background tersebut, terjadilah komunikasi yang bersinergi dan saling mengisi.

Aku bicara banyak sekali, mulai tentang pentingnya organisasi sampai akademisi, sehingga bagiku otak kita harus selalu terisi dengan pengetahuan dan pengalaman yang tinggi, sebagai bekal saat terjun ke masyarakat nanti.

Berbeda dengan kakakku yang membahas panjang lebar tentang sosialisasi mencari client bisnis hingga mencari peluang bisnis dalam kehidupan sehari-hari.

Dari perbincangan itu, tidak ada yang disesali dari perbedaan background yang dimiliki. Aku mengajak kakakku dalam setip pekerjaannya untuk tetap berdasar pada edukasi dan hukum agama yang suci. Sementara dia menghidupkan pikiranku, bahwa hidup di era kali ini selain harus berpendidikan tinggi, harus juga punya tekad yang tinggi. Dia bilang pintar dan cerdas masih belum cukup untuk membekali diri, tapi harus canggih dan bernyali.

Intinya dari perbincangan di atas, hidup di era bebas saat ini, selain harus berpendidikan tinggi, kita harus pula punya tekad dan nyali yang tinggi. Maksudnya, cerdas dan cermat mencari peluang dalam kehidupan sehari-hari. Berbisnis bisa jadi solusi.


|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 24 Ramadhan 1439 H.
|Sampang, 12 Juni 2018 |Toko, 13.23
Share:
Read More

PEJUANG PUASA



Berpuasa adalah istilah lain dari mencegah. Mencegah dari makan dan minum, dan juga mencegah sasuatu masuk ke salah satu lubang di seluruh badan, apalagi berhubungan badan. Begitu juga perbuatan maksiat yang dapat membatalkan, seperti halnya dekat perempuan yang bukan mahram, tinggal berduaan, apalagi pacaran dan kencan. Semua itu dapat memacu nafsu syaitan, dimana bagi orang berpuasa, keras dilarang.

Pada umumnya, orang-orang dalam puasa hanya memperhatikan yang tidak minum dan makan, padahal banyak sekali hal lainnya yang jika dilakukan dapat memberangus pahala puasa dan bahkan membatalkan. Perkara itu dilalaikan. Dalam puasa semua perbuatan buruk harus ditinggalkan, sekalipun  yang tidak tampak di penglihatan orang. Apalagi yang tampak. Katakanlah pacaran, tampak tiap waktu inbokan, ngajak keluar ngabuburit berduaan, jalan sambil bersentuhan. Bahkan fatal apabila sampai melakukan .... (ham ham). Lebih baik kita tinggalkan, supaya masa bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dan keistimewaan ini tidak tersia-siakan. Hal itu lebih indah, bukan ?

Dengan itu, bagi yang sedang berjuang menahan lapar di siang Ramadhan, segera buang kebiasaan tidak baik yang merugikan. Yang biasa bicarakan orang, gantilah dengan baca Al Qur'an. Yang saat ini sedang asyik pacaran, segera cuti dan lanjutkan bulan depan dengan akad pernikahan. Yang doyan maksiat-an, segera tobat, mumpung Ramadhan lagi menantikan. Ramadhan memberikan sejuta keberkahan. Jangan lewatkan !


|penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 8 Ramadhan 1439 H.
|Jember, 25 Mei 2018 |Kamarku, 13.28
Share:
Read More

BERKULIAH



Beberapa teman di Messengger, WhatsApp bahkan ada pula yang langsung menghubungiku via telepon, mereka nginbox dan bilang ingin konsultasi kuliyah. "Emang aku sukses kuliyah. ya sama kali..." Benakku membesit begitu. Karena akupun mengalami hal yang sama pasca pengabdian setelah dari uniform putih abu-abu. Bingungnya minta ampun mau pilih tujuan hidup dimana. Langsung daftar perguruan tinggi? harus mikir dua kali karena ekonomi orang tua pas-pasan, milih menikah? haha... apalagi yang ini, mau kasih makan apa anak orang. Tidaklah... Aku harus mikir panjang. Masaku saat ini adalah masa pembekalan untuk nanti di masa depan (masa tua). Dan pada saat itulah aku merencanakan untuk bekerja. Ya aku berencana bekerja sebagai karyawan pelayaran international. Ikut kakak ipar dari sepupu. Segala persiapan disiapkan tak terkecuali ikut kursus bahasa Inggris sebagai persyaratan utama. Namun di pertengahan proses, aku diliputi perasaan bimbang.

Sebagian besar saran dari orang-orang di dekatku termasuk pamanku bilang bahwa "Aku masih budak pelajar yang tidak pantas keluar untuk merantau ". Sejak itulah, rasa bimbang di kepalaku mengembang dan mengingatkan lagi masa-masa di bangku sekolah yang penuh perjuangan. Ya seolah perasaan di tubuhku menyuruhku mencintai perjuangan itu. Aku pun jadi berikrar " Aku tidak boleh merantau dan harus melanjutkan pendidikan". itulah sederet cerita yang penuh kebingungan setelah dari bangku SMA.

***

Tentu menjadi cerita yang sama dengan apa yang dialami teman-teman setelah lulus SMA dan sederajat. Tidak mungkin tidak dialami. Pasti !

Mereka dipenuhi rasa bingung kemana menentukan jenjang pendidikannya bagi yang bercita-cita tinggi. Bertanya banyak hal seputar "Perguruan Tinggi". Pointnya, mereka ingin daftar di kampus yang nyaman dan sesuai kriteria. Sebagian pengetahuanku, kampus yang jadi idaman calon mahasiswa adalah kampus yang berkualitas, dikenal, meluluskan mahasiswa cerdas namun dengan pembiayaan yang tidak mahal, terutama yang sertifikat negeri. Lebih istimewa jika lulus beasiswa. Sekolah gratis. Tapi tidak gampang hanya calon mahasiswa tertentu yang masuk katagori ini.

Adalah kebingungan tersendiri takkala kemauan calon mahasiswa ingin daftar di kampus yang telah diimpikan namun setelah mengikuti berbagai macam test masuk jalur beasiswa di pengumuman tercantum "tidak lulus". Jika sudah demikian mereka masih bisa melanjutkan di perguruan yang sama namun dengan biaya yang tidak murah. Mulai biaya heregistrasi dengan nominal juta-an, biaya persemester dan sebagian kampus juga ada uang gedung yang harus dibayar. Kita jadi ingat ekonomi orang tua yang mayoritas pekerjaan tani dengan pemasukan yang jauh lebih rendah dari semua pembiayaan diatas. Memikirkannya membuat kemauan yang awalnya menggunung jadi rata dan hilang. Dari itu, jika dipersentasikan dari sekian banyak lulusan  SMA dan sederajatnya, hanya segelintir orang saja yang dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Selebihnya menjadi pengangguran, jadi perantau dan nikah.

Pandanganku, kampus adalah jenjang pendidikan yang ranahnya menjurus pada karier. Semua orang duduk di perguruan tinggi karena ada tujuan yang dimaksud pasca lulusnya. Contoh ;

1. Seseorang kuliyah di jurusan kedokteran, maka yang pasti karena dia ingin jadi dokter, kuliyah di jurusan Sospol (Sosial Politik) karena ingin jadi politikus, kuliyah di pendidikan, kemungkinan karena ingin jadi tenaga edukatif seperti guru dan lainnya. Mahasiswa yang punya tujuan bulat seperti di atas adalah mereka yang benar-benar merencanakan masa depannya. Namun begitu belum tentu impian-impian tersebut dicapai pasca sarjananya karena tidak sedikit mahasiswa yang yang menyandang title sarjana bahkan dari kampus terkemuka, dia jadi pengangguran sekalipun dapat kerja, pekerjaan tersebut tidak sesuai jurusan kampusnya.

2. (Seseorang) duduk di perguruan tinggi tanpa ambisi yang kuat (Kuliyah ikut-ikutan). Mereka hanya ingin mendapat gelar dan masa depannya pasrah. Mau jadi atau tidak, ketemu di finish. Mahasiswa yang seperti ini masa depannya tidak jelas. Tidak baik diteladani.

3.  Ada pula seseorang yang kuliyah namun sebelumnya memang sudah punya kerja tetap. Dia hanya menunggu sarjana untuk sertifikasi kariernya. Mahasiswa ini mayoritas dari kalangan pagawai Negeri dan Guru Sertifikasi. Dia bekerja dan atau mengajar dengan masa yang sangat lama hingga sampai pada masa yang telah ditentukan.

Bagiku, sebagai warga negara Indonesia, yang memiliki pengangguran dan pelammar kerja melimpah, jika kuliyah hanya bertujuan pada karier, pilihan trakhir ini yang ideal karena kemungkinan biaya kuliayahnya dipungut dari upah kerja. Berbeda dengan contoh pada no. 1 dan 2. yang menghabiskan banyak biaya dari orang tua namun kariernya masih fifty- fifty dan tidak diketahui.


|Penulis : *M Siryi Zamil
|Madura

Share:
Read More

NIKAH MUDA ATAU TUNGGU SEJAHTERA



Sisa sedikit liburan pasca Ramadhan ini, disibukkan undangan resepsi pernikahan. Kalau bukan resepsi, ya pertunangan. Kalau bukan pertunangan, ya orang-orang telpon-an (pacaran). Kalau bukan telpon-an, ya WhatsApp-an dengan pasangan. Kalau bukan WhatsApp-an, ya ngelike dan ngestatus di Facebook. Yup, Facebook-an. Hanya yang terakhir ini yang biasanya dilakukan orang yang tidak punya pasangan chating. makanya tidak jarang ditemui status dan inbox "Mellas berstatus single" karena hari-harinya ditemani sepi tanpa hiburan dari seseorang.

***

Hey kaula muda...
Usiaku di atas usiamu. Dalam kata lain, engkau sebaya adiku tapi mengapa engkau menyalip dan mentertinggalkanku. Begitu cepat kau diberi ucapan "SAMAWA". Mungkin karena itu pilihan yang baik daripada kau dekat-dekat tanpa akaq.

Kata orang, nikah muda atau nikah di usia dini. Ini urusan serius. Tapi menentukannya tergantung dari pemikirannya; dewasa atau tidak, dalam atau dangkal, memandang masa depan dengan jauh (long term) atau pendek (short term).

Jika berpikir bahwa dengan nikah menjadi senang dan bahagia, tidak lagi sepi dan berdua, punya kerabat- mertua serta menambah keluarga dan juga bebas bercinta. Apapun masalah dan tantangannya seakan siap dilawan dan dihantam.

Namun sebaliknya, jika berpikir bahwa setelah nikah, harus menanggung susah dan segala macam reseko yang kentara, harus memberi belanja dan mesti makan apa, tentu menjadi beban yang teramat besar, yang apabila disandangkan terhadap kita, kaula muda, maka akan mengatakan "masih belum bisa".

Bagi kaula muda, tinggal dipilih dari kedua pragraf di atas dan direnungkan dengan baik.
Bagiku, sebagai remaja yang tidak jarang dikata "Takut kepada wanita" atau "Jomblo" alias "Single". hanya bisa berguman "Bukan tidak bisa tapi menunggu matang pemikiran dewasa supaya masa depan lebih sejahtera". Ya, aku bukan tidak bisa, namun aku saat ini bak kepompong yang sedang melakukan tapa dan bersiap menjadi kupu-kupu, yang akan terbang dengan sayap indah.

Hey kaula muda...
Selaku remaja yang punya pemikiran luas, harus dan harus bisa mentarget masa. Klarifikasinya, masa hidup manusia kurang lebih 65 th. Bagiku, 20 awal adalah sebagian besar masa remaja yang harus digunakan untuk membimbing dan membina diri dengan ilmu pengrtahuan (pembekalan ilmu), 20 th. kedua, adalah transisi masa remaja dan dewasa dimana seseorang sudah harus bisa mengembangkan ilmu dan pemikirannya dalam kehidupan sosial; berteman, bermasyarakat dengan baik dan bijak serta mampu berpikir produktif, mandiri dan sudah berhasil menentukan jati diri (pengembangan ilmu). Di saat inilah kita mentarget bahwa kita harus mencapai sukses dalam segala impian. Sementara beberapa tahun sisanya adalah masa tua, dimana kita akan tinggal menuai dan menikmati buah panen pohon yang ditanam di atas juta juta pengorbanan di masa-masa sebelumnya (penuaian).

Hey kaula muda...
Sekarang engkau sudah mau nikah, usiamu menginjak berapa ? Jika masih belasan, Kelarin dulu sekolahmu. Jika sudah kelar, temukan dulu jati dirimu. Jika sudah ketemu, Apa kontribusimu bagi masyarakat dan orang-orang sekitarmu ? Jika sudah punya, Sudah mampukah hidup mandilri ?  Jika sederetan pertanyaan di atas sudah bisa engkau jawab, aku ucapkan "Selamat Datang di pelaminan & Selamat Menempuh Hidup Baru". Hidupmu akan sejahtera dan bahagia...

Hey kaula muda...
Dengan tulisan ini, aku mengajak engkau untuk menjadikan remajamu kaya ilmu, dewasamu kaya amal dan jasa serta masa tuamu kaya harta. Dan mati pun masuk surga. Jika engkau bisa, aku katakan "engkau luar biasa". namun jika tidak, remajamu adalah kaya kerja, dewasamu tampak tua dan masa tuamu masih kerja dan kerja, aku membayangkan betapa itu sengsara...

*Think smart and be smart generation*

|Penulis : *M Siryi Zamil
|Madura, 30 Juni 2017 |17:03 wib.
Share:
Read More