NIKAH MUDA ATAU TUNGGU SEJAHTERA
Sisa sedikit liburan pasca Ramadhan ini, disibukkan undangan resepsi pernikahan. Kalau bukan resepsi, ya pertunangan. Kalau bukan pertunangan, ya orang-orang telpon-an (pacaran). Kalau bukan telpon-an, ya WhatsApp-an dengan pasangan. Kalau bukan WhatsApp-an, ya ngelike dan ngestatus di Facebook. Yup, Facebook-an. Hanya yang terakhir ini yang biasanya dilakukan orang yang tidak punya pasangan chating. makanya tidak jarang ditemui status dan inbox "Mellas berstatus single" karena hari-harinya ditemani sepi tanpa hiburan dari seseorang.
***
Hey kaula muda...
Usiaku di atas usiamu. Dalam kata lain, engkau sebaya adiku tapi mengapa engkau menyalip dan mentertinggalkanku. Begitu cepat kau diberi ucapan "SAMAWA". Mungkin karena itu pilihan yang baik daripada kau dekat-dekat tanpa akaq.
Kata orang, nikah muda atau nikah di usia dini. Ini urusan serius. Tapi menentukannya tergantung dari pemikirannya; dewasa atau tidak, dalam atau dangkal, memandang masa depan dengan jauh (long term) atau pendek (short term).
Jika berpikir bahwa dengan nikah menjadi senang dan bahagia, tidak lagi sepi dan berdua, punya kerabat- mertua serta menambah keluarga dan juga bebas bercinta. Apapun masalah dan tantangannya seakan siap dilawan dan dihantam.
Namun sebaliknya, jika berpikir bahwa setelah nikah, harus menanggung susah dan segala macam reseko yang kentara, harus memberi belanja dan mesti makan apa, tentu menjadi beban yang teramat besar, yang apabila disandangkan terhadap kita, kaula muda, maka akan mengatakan "masih belum bisa".
Bagi kaula muda, tinggal dipilih dari kedua pragraf di atas dan direnungkan dengan baik.
Bagiku, sebagai remaja yang tidak jarang dikata "Takut kepada wanita" atau "Jomblo" alias "Single". hanya bisa berguman "Bukan tidak bisa tapi menunggu matang pemikiran dewasa supaya masa depan lebih sejahtera". Ya, aku bukan tidak bisa, namun aku saat ini bak kepompong yang sedang melakukan tapa dan bersiap menjadi kupu-kupu, yang akan terbang dengan sayap indah.
Hey kaula muda...
Selaku remaja yang punya pemikiran luas, harus dan harus bisa mentarget masa. Klarifikasinya, masa hidup manusia kurang lebih 65 th. Bagiku, 20 awal adalah sebagian besar masa remaja yang harus digunakan untuk membimbing dan membina diri dengan ilmu pengrtahuan (pembekalan ilmu), 20 th. kedua, adalah transisi masa remaja dan dewasa dimana seseorang sudah harus bisa mengembangkan ilmu dan pemikirannya dalam kehidupan sosial; berteman, bermasyarakat dengan baik dan bijak serta mampu berpikir produktif, mandiri dan sudah berhasil menentukan jati diri (pengembangan ilmu). Di saat inilah kita mentarget bahwa kita harus mencapai sukses dalam segala impian. Sementara beberapa tahun sisanya adalah masa tua, dimana kita akan tinggal menuai dan menikmati buah panen pohon yang ditanam di atas juta juta pengorbanan di masa-masa sebelumnya (penuaian).
Hey kaula muda...
Sekarang engkau sudah mau nikah, usiamu menginjak berapa ? Jika masih belasan, Kelarin dulu sekolahmu. Jika sudah kelar, temukan dulu jati dirimu. Jika sudah ketemu, Apa kontribusimu bagi masyarakat dan orang-orang sekitarmu ? Jika sudah punya, Sudah mampukah hidup mandilri ? Jika sederetan pertanyaan di atas sudah bisa engkau jawab, aku ucapkan "Selamat Datang di pelaminan & Selamat Menempuh Hidup Baru". Hidupmu akan sejahtera dan bahagia...
Hey kaula muda...
Dengan tulisan ini, aku mengajak engkau untuk menjadikan remajamu kaya ilmu, dewasamu kaya amal dan jasa serta masa tuamu kaya harta. Dan mati pun masuk surga. Jika engkau bisa, aku katakan "engkau luar biasa". namun jika tidak, remajamu adalah kaya kerja, dewasamu tampak tua dan masa tuamu masih kerja dan kerja, aku membayangkan betapa itu sengsara...
*Think smart and be smart generation*
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Madura, 30 Juni 2017 |17:03 wib.
No comments:
Post a Comment