Artikel || Opini || Catatan || Cerita || Puisi || Motivasi ¤ BERKARYA UNTUK SEMUA ¤

ISTIQOMAH


Oleh : KH. Muhammad Syamsul Arifin
(Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar Madura)
Orang madura mengistilahkan Istiqomah dengan “jhek-jhek”. Dalam istilah, Istiqomah adalah luzuumul ‘amalish shooleh (menetapi amal yang shaleh). Definisi ini berdasarkan pada sabda Rasulullah saw :

خير العمل أدومها وإن قل
Artinya : “Sebaik-baik amal adalah yang paling berkesinambungan walaupun amal itu hanya sedikit.”

Orang yang tekun dan selalu mengikuti aturan Islam dapat dikategorikan dalam golongan orang yang istiqomah, karena untuk mengikuti aturan-aturan tersebut banyak godaan dan hambatan yang harus dilalui. Jika seseorang senantiasa istiqomah, maka orang tersebut akan bisa melewati hambatan tersebut dan bisa terus menjalankan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Intinya, orang yang istiqomah adalah orang yang mempunyai ketetapan hati untuk mengerjakan sesuatu yang baik sehingga tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai macam kepentingan dan godaan yang bisa membuat orang itu keluar dari tujuan pekerjaaan tersebut.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Sufyan Bin Abdillah RA, salah seorang sahabat, bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Islam :

قل لى فى الإسلام قولا لاأسأل أحدا غيرك ! قال : قل آمنت بالله ثم استقم
Artinya : “Katakan pada saya (Ya Rasulallah!) suatu perkataan tentang Islam yang tidak usah saya tanyakan pada orang lain!” Rasulullah menjawab : “Katakan: ‘Saya beriman pada Allah’. Setelah itu beristiqomahlah!”

Dari hadits di atas, jelas sekali bahwa keimanan merupakan pondasi dasar dari segala perbuatan. Namun hal itu masih harus ditunjang oleh unsur yang lain, yaitu istiqomah. Iman kepada Allah dan ber-istiqomah akan menjadikan kita semakin dekat dengan Allah dan akan semakin meyakinkan kita akan posisi kita sebagai hamba-Nya yang berkewajiban beribadah kepada-Nya. Aturan-aturan yang Allah terapkan akan kita kerjakan dengan sepenuh hati dan ikhlas, tanpa adanya pamrih dan tanpa paksaan dari siapapun.

Istiqomah dalam segala hal adalah hal yang sangat penting dan perlu dilestarikan. Sebab, selain Istiqomah merupakan anjuran agama, Istiqomah juga salah satu cara agar kita memperoleh kesuksesan dan keberhasilan. Apalagi bagi seorang santri, Istiqomah merupakan kata kunci untuk mencapai keberhasilan dalam ke-santriannya seperti dalam menuntut ilmu.

Ada sebuah ungkapan orang Arab yang ditulis dalam bentuk syair :
حيثما تستقم يقدر لك الله نجاحا فى غابر الأزمان
 “Di manapun kamu istiqomah, maka Allah SWT akan memberikan kesuksesan padamu di akhir zaman.”

Banyak keutamaan yang akan diperoleh oleh orang-orang yang istiqomah, selain kesuksesan. Salah satunya adalah terciptanya keteraturan dalam kehidupan. Jika kita selalu istiqomah, amal kita akan selalu mengikuti ajaran-ajaran yang berlaku, dan hal ini merupakan suatu kebahagiaan dan keberuntungan tersendiri, karena tidak semua orang bisa melakukan hal itu.

Selain itu, orang yang istiqomah akan mendapat kabar gembira dari Malaikat. Kabar gembira tersebut adalah masuk surga dan akan dikabarkan ketika menjelang mati. Allah menerangkan hal itu dalam salah satu firman-Nya, dalam QS. Fushshilat : 30 yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Merupakan keberuntungan yang tidak dapat digali dan diukur dengan harga!

Rasulullah SAW, para sahabat dan para ulama’ sudah banyak memberi contoh dalam hal istiqomah. Dalam sebuah riwayat, sebelum wafat, Rasulullah SAW minta dibawa ke masjid untuk shalat jamaah, padahal saat itu beliau dalam keadaan sakit parah. Hanya untuk menjaga ke-istiqomahan.

Contoh istiqomah para ulama’, seperti KH. Abdul Hamid Bin Itsbat, salah satu Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar. Dalam sebuah cerita, beliau pernah sakit lumpuh selama beberapa tahun, namun hal itu tidak menghalanginya untuk selalu istiqomah, lebih-lebih dalam shalat berjamaah. Beliau tidak pernah meninggalkan sholat berjamaah. Belaiu akan minta pada salah satu santri untuk menjadi imam. Konon, sejak baligh, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah.

Hal serupa juga dicontohkan oleh KH. Abdul Majid Bin Abdul Hamid. Beliau istiqomah dalam mengajar (morok). Walaupun beliau baru datang dari perjalanan dan dalam kondisi letih, pasti beliau meluangkan waktunya untuk mengajar. KH. Abdul Majid juga terkenal istiqomah dalam mendahulukan kaki kanan ketika mau masuk ke dalam masjid. Suatu ketika, beliau pernah kembali lagi keluar dari masjid ketika lupa mendahulukan kaki kanannya.

Ruang lingkup Istiqomah sangat luas dan menjangkau segala aspek kehidupan, sehingga dalam menjalani kehidupan ini, kita dianjurkan untuk selalu istiqomah. Istiqomah juga tidak terbatas dengan waktu dan tempat, karena semua waktu dan tempat dapat kita manfaatkan untuk ibadah. Contohnya, ketika kita ingin tidur. Waktu seperti itu bisa kita dijadikan sebagai waktu ibadah, dengan meniatinya akan sholat tahajud, atau diniati mau bersahur karena besok ingin puasa. Hal itu menjadi ibadah.

Kita memang sering merasa malas untuk istiqomah. Nah, untuk mengikis kemalasan tersebut, kita harus sadar bahwa Allah menciptakan kita hanya untuk beribadah. Dengan demikian, kita akan berusaha untuk beribadah dengan sebaik-baiknya, dan akan selalu istiqomah dalam segala hal yang dapat dinilai sebagai ibadah. Agar tidak merasa berat untuk istiqomah, kita harus latihan dan harus punya keinginan yang kuat untuk menjadi orang yang selalu istiqomah beribadah kepada Allah SWT. Kalau kita tidak pernah shalat tahajud, kemudian kita ingin shalat tahajud, maka kita harus berusaha agar kita selalu istiqomah dalam shalat tahajud. Ada pepatah “man jadda wajad”.

Terakhir, carilah ke-istiqomahan dan jangan cari kemuliaan. Karena sebenarnya ke-istiqomahan, adalah kemuliaan itu sendiri.

(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Al-Ikhwan Banyuanyar)
Share:

No comments:

Post a Comment