NASIB UANG SEKALI MAKAN
"Apa pentingnya uang ratusan ribu rupiah dengan nasib kotaku lima tahun ke depan"
***
Debat Publik antar pasangan calon bupati Sampang di JTV, Selasa lalu (19 Juni 2018) sedikit membuka tabir koreksi masyarakat terhadap para pasangan calon bupati Sampang. Melalui acara itu masyarakat dapat dengan mudah menilik dan mengkaji lebih dalam untuk menentukan calon pemimpin pilihannya, mulai dari prinsip dan karakternya, keilmuan dan leadershipnya dan juga program kerja mereka untuk menindaklanjuti perkembangan Sampang ke depan. Dan bagaimana sepak terjang mereka terhadap perubahan Sampang ke depan menjadi sorotan utama bagi masyarakat Sampang dan sekitarnya.
Dalam paparan awal saat ketiga pasangan calon menyampaikan program kerja masing masing. Sebagian banyak persoalan yang perlu dihentaskan di kabupaten Sampang mereka menklarifikasinya secara detail dan terbuka. Mulai dari problem sosial, kemiskinan, ekonomi, pendidikan, serta kurang adanya dan meratanya pembangunan di kabupaten Sampang.
Persoalan tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama. Masyarakat Sampang secara umum memiliki kewajiban berupaya untuk meningkatkan moto pendidikan yang dapat dilakukan dengan penambahan sekolah tinggi dan sekolah-sekolah negeri di bagian daerah-daerah terpencil dan juga program beasiswa bagi masyarakat yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi, adanya kepedulian terhadap kaum petani dan peningkatan potensi interpreunership masyarakat untuk mengatasi sebagian persoalan ekonomi, seperti penginvestasian modal dan pemasaran yang saat ini juga dapat dilakukan dengan media online, serta harus adanya pemerataan pembangunan oleh pemerintah, khususnya jalan yang sejauh ini kurang diperhatikan.
Dalam penyampaiannya oleh H. Hermanto Subaidi (calon bupati) dan H. Suparto (calon wakil bupati, sebagai pasangan calon nomor 2, atas nama MANTAP, mereka mengakui bahwa sejauh ini Sampang sebagai daerah paling tertinggal bahkan se-Jawa Timur.
Sebagai masyarakat Sampang, menyaksikannya, saya sedikit merasa sinis, karena saya sendiri dilahirkan dan dibesarkan, serta juga mengenyam sebagian pendidikan di Sampang, namun sampai saat ini Sampang masih menyandang list sebagai daerah paling tertinggal dari empat kabupaten di Madura, dan bahkan se-Jawa Timur. Sebagai masyarakat Sampang kita harus merasa berhutang budi untuk turut memajukan Sampang lebih baik dan terdepan dalam segala bidang.
Apalagi acara itu tersiar secara terbuka, khususnya kepada masyarakat Madura. Saya terbayang akan menjadi bahan gunjingan teman-teman saat berkumpul bersama mereka yang dari Pamekasan, Sumenep dan Bangkalan di tempat rantau, dimana mereka memang kerap kali melakukan hal tersebut. Sampai mereka pun mengatakan bukan jalan kendaraan, pendidikannya tertinggal, dan tak jarang ketika mereka menggunjing masalah jalan kendaraan, mengatakan “jeren natap”, bagi kami itu sebuah majas yang bisa mengkerutkan daun telinga sepasang.
Dengannya, saya tidak sedang mengkritisi ketiga pasangan calon yang saat ini sedang merebut kursi nomor satu kabupaten Sampang. Hanya saja, saya dan mungkin banyak warga Sampang lainnya mempertanyakan hasil kinerja pemerintah Sampang sekarang dan pada periode silam. Apa kerja mereka selama lima tahun memegang jabatan?
Dalam hati, saya berdoa semoga pertanyaan tersebut juga bersemayam dalam hati para pasangan calon sekarang, khususnya bagi yang nanti mendapat mandat jabatan, untuk nanti dapat berpotensi menimbulkan besarnya rasa peduli terhadap segala bentuk krisis di kabupaten Sampang. Sehingga mereka benar-benar fokus untuk melakukan perubahan, menjadikan Sampang lebih baik ke depan.
Saya juga tidak sedang menjadi timses (tim sukses) dari salah satu pasangan calon yang sekarang. Ya, hati saya tidak terpikat pada calon bupati dan wakil bupati, H. Salamet Junaidi dan H. Abdullah Hidayat, pasangan calon nomor 1, yang bernama JIHAD, meskipun mencitrakan sebagai pejuang dalam Islam, tidak pula jatuh hati pada H. Hisan dan H. Abdullah, pasangan calon nomor 3 dengan nama HISBULLAH yang berarti partai Allah, apalagi MANTAP, sebagai nomor 2, yang diprakarsai oleh H. Hermanto Subaidi dan H. Suparto. Itu semua ala lumranya, merupakan bagian bentuk pencitraan, seperti para pasangan calon di tempat-tempat lainnya. Juga belum tentu setelah jadi nanti bisa melebihmajukan Sampang. Akan tetapi kita tetap berusaha dan mendoakan semoga Sampang ke depan menjadi lebih baik dan berkembang serta betul-betul mewujudkan perubahan.
Dengan itu, mari kita kenali calonnya dan tentukan pilihannya. Pilihlah yang sekiranya bisa mengangkat Sampang lebih maju menuju perubahan yang lebih baik dan gemilang.
Berpikirlah untuk Sampang jangka panjang. Bukan seperti kebiasaan masyarakat awam, dimana mereka lebih suka merapat terhadap pasangan calon yang beruang (money politic).
Pikirkan, jangan tukar masa depan Sampang dengan uang sekali makan. Ada baiknya semua masyarakat Sampang untuk berhati- hati dalam memilih pasangan calon pemimpinnya, khususnya bagi mereka yang ber-money politic, karena tanpa disadari mereka sedang menanam modal, awas jika nanti mereka menang memegang jabatan, dia akan kembali menarik modal, melantarkan janji-janji yang telah dikampanyekan. Itulah sebagian besar alasan mengapa suatu daerah tidak bisa berkembang.
Mari bersama, wujudkan perubahan untuk Sampang lebih baik, menuju perubahan gemilang.(*)
|Sampang, 21 Juni 2018
______________________
Penulis : *M Siryi Zamil
Civitas : Forum Silaturrahmi antar Santri dan Alumni Sampang (FORSIASA).*
No comments:
Post a Comment