BERKULIAH
Beberapa teman di Messengger, WhatsApp bahkan ada pula yang langsung menghubungiku via telepon, mereka nginbox dan bilang ingin konsultasi kuliyah. "Emang aku sukses kuliyah. ya sama kali..." Benakku membesit begitu. Karena akupun mengalami hal yang sama pasca pengabdian setelah dari uniform putih abu-abu. Bingungnya minta ampun mau pilih tujuan hidup dimana. Langsung daftar perguruan tinggi? harus mikir dua kali karena ekonomi orang tua pas-pasan, milih menikah? haha... apalagi yang ini, mau kasih makan apa anak orang. Tidaklah... Aku harus mikir panjang. Masaku saat ini adalah masa pembekalan untuk nanti di masa depan (masa tua). Dan pada saat itulah aku merencanakan untuk bekerja. Ya aku berencana bekerja sebagai karyawan pelayaran international. Ikut kakak ipar dari sepupu. Segala persiapan disiapkan tak terkecuali ikut kursus bahasa Inggris sebagai persyaratan utama. Namun di pertengahan proses, aku diliputi perasaan bimbang.
Sebagian besar saran dari orang-orang di dekatku termasuk pamanku bilang bahwa "Aku masih budak pelajar yang tidak pantas keluar untuk merantau ". Sejak itulah, rasa bimbang di kepalaku mengembang dan mengingatkan lagi masa-masa di bangku sekolah yang penuh perjuangan. Ya seolah perasaan di tubuhku menyuruhku mencintai perjuangan itu. Aku pun jadi berikrar " Aku tidak boleh merantau dan harus melanjutkan pendidikan". itulah sederet cerita yang penuh kebingungan setelah dari bangku SMA.
***
Tentu menjadi cerita yang sama dengan apa yang dialami teman-teman setelah lulus SMA dan sederajat. Tidak mungkin tidak dialami. Pasti !
Mereka dipenuhi rasa bingung kemana menentukan jenjang pendidikannya bagi yang bercita-cita tinggi. Bertanya banyak hal seputar "Perguruan Tinggi". Pointnya, mereka ingin daftar di kampus yang nyaman dan sesuai kriteria. Sebagian pengetahuanku, kampus yang jadi idaman calon mahasiswa adalah kampus yang berkualitas, dikenal, meluluskan mahasiswa cerdas namun dengan pembiayaan yang tidak mahal, terutama yang sertifikat negeri. Lebih istimewa jika lulus beasiswa. Sekolah gratis. Tapi tidak gampang hanya calon mahasiswa tertentu yang masuk katagori ini.
Adalah kebingungan tersendiri takkala kemauan calon mahasiswa ingin daftar di kampus yang telah diimpikan namun setelah mengikuti berbagai macam test masuk jalur beasiswa di pengumuman tercantum "tidak lulus". Jika sudah demikian mereka masih bisa melanjutkan di perguruan yang sama namun dengan biaya yang tidak murah. Mulai biaya heregistrasi dengan nominal juta-an, biaya persemester dan sebagian kampus juga ada uang gedung yang harus dibayar. Kita jadi ingat ekonomi orang tua yang mayoritas pekerjaan tani dengan pemasukan yang jauh lebih rendah dari semua pembiayaan diatas. Memikirkannya membuat kemauan yang awalnya menggunung jadi rata dan hilang. Dari itu, jika dipersentasikan dari sekian banyak lulusan SMA dan sederajatnya, hanya segelintir orang saja yang dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Selebihnya menjadi pengangguran, jadi perantau dan nikah.
Pandanganku, kampus adalah jenjang pendidikan yang ranahnya menjurus pada karier. Semua orang duduk di perguruan tinggi karena ada tujuan yang dimaksud pasca lulusnya. Contoh ;
1. Seseorang kuliyah di jurusan kedokteran, maka yang pasti karena dia ingin jadi dokter, kuliyah di jurusan Sospol (Sosial Politik) karena ingin jadi politikus, kuliyah di pendidikan, kemungkinan karena ingin jadi tenaga edukatif seperti guru dan lainnya. Mahasiswa yang punya tujuan bulat seperti di atas adalah mereka yang benar-benar merencanakan masa depannya. Namun begitu belum tentu impian-impian tersebut dicapai pasca sarjananya karena tidak sedikit mahasiswa yang yang menyandang title sarjana bahkan dari kampus terkemuka, dia jadi pengangguran sekalipun dapat kerja, pekerjaan tersebut tidak sesuai jurusan kampusnya.
2. (Seseorang) duduk di perguruan tinggi tanpa ambisi yang kuat (Kuliyah ikut-ikutan). Mereka hanya ingin mendapat gelar dan masa depannya pasrah. Mau jadi atau tidak, ketemu di finish. Mahasiswa yang seperti ini masa depannya tidak jelas. Tidak baik diteladani.
3. Ada pula seseorang yang kuliyah namun sebelumnya memang sudah punya kerja tetap. Dia hanya menunggu sarjana untuk sertifikasi kariernya. Mahasiswa ini mayoritas dari kalangan pagawai Negeri dan Guru Sertifikasi. Dia bekerja dan atau mengajar dengan masa yang sangat lama hingga sampai pada masa yang telah ditentukan.
Bagiku, sebagai warga negara Indonesia, yang memiliki pengangguran dan pelammar kerja melimpah, jika kuliyah hanya bertujuan pada karier, pilihan trakhir ini yang ideal karena kemungkinan biaya kuliayahnya dipungut dari upah kerja. Berbeda dengan contoh pada no. 1 dan 2. yang menghabiskan banyak biaya dari orang tua namun kariernya masih fifty- fifty dan tidak diketahui.
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Madura
No comments:
Post a Comment