LEBARAN YANG DINISTAKAN
Malam hari raya (lebaran) adalah malam kemenangan setelah sebelumnya umat Islam berjuang menahan lapar dan segala macam yang membatalkan pelaksanaan puasa Ramadhan.
Mengekspresikan kemenangan Ramadhan tidak boleh sembarang. Melainkan harus sesuai dengan yang diajarkan Islam. Dalam Islam sudah diajarkan bagaimana merayakan hari kemenangan, yaitu dengan membacakan kalimat takbir di mesji-mesjid, musholla, hingga langgar, bukan arak-arakan dan ugal-ugalan, apalagi menghura-hurakan kalimat takbir versi disco sambil joget-jogetan.
Benerapa kali aku saksikan, peristiwa cacat malam lebaran, entah di Sampang, Pamekasan, mungkin juga Sumenep dan Bangkalan.
Madura yang keluar dikenal sebagai pulau terkental dengan budaya Islam, saat ini juga tak bisa dielakkan, karena malam lebaran lebih banyak di jalan-jalan meramaikannya dengan takbiran versi disco dan dangdutan.
Tidak elok disaksikan, malam lebaran yang seharusnya digambarkan dengan nilai yang sopan dan menenangkan, justru dirusak dengan arak-arakan.
AYO... Para tokoh agama, para tokoh masyarakat dan juga para aparat, kondusifkan malam lebaran, jadikan ia lebih bernilai, yang sesuai ajaran Islam.
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 28 Ramadhan 1439 H
|Sampang, 14 Juni 2018 |Ketapang, 23.30
No comments:
Post a Comment