"Cita citamu ingin jadi DPR? Menulis adalah modal murah menjadikanmu melebihinya"
***
Saya merenung sejenak setelah membaca sebuah tulisan di salah satu grup WhatsApp, dimana tulisan itu merupakan balasan Pak Prabowo Subianto kepada salah seorang nitizen bernama Salim A. Fillah di Twitternya.
Setau saya, Salim A. Fillah merupakan seorang penulis fenomenal. Dia menulis sebuah surat terbuka untuk Pak Prabowo, dimana tulisan sarat aspirasi dan hikmah itu direspon serius olehnya yang saat ini sedang mendudukkan diri sebagai calon presiden kita.
Saya jadi ingat tulisan yang pernah saya tulis untuk Prof. Mahfud MD. dan diexpose oleh beberapa media online nasional tiga bulan-an yang lalu. Saya hanya yakin bahwa jika tulisan tersebut dibaca oleh yang bersangkutan, setidaknya memberikan sentuhan di hatinya, entah positif ataupun negatif dia merespon. Yang terpenting tersampaikan karena sebagai rakyat kami merasa tidak ada yang bersedia menyampaikan isi hati kami, hati rakyat.
Ketika suara rakyat tidak tersampaikan melalui mereka yang memang bertugas sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) , saya jadi flashback pada peristiwa beberapa pekan lalu, dimana pendaftaran calon legislatif (caleg) dipenuhi oleh para artis dan musisi. Pikiran saya membesit tau apa mereka soal rakyat, mereka lebih tau bagaima cara menghibur, supaya namanya naik dan digandrungi rakyat.
Bagi saya, mereka para penulis, yang mustahil wawasan dan keilmuaannya sedikit, juga pantas disebut penyalur aspirasi atau tepatnya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), tanpa melalui Pemilu yang beranggaran besar, untuk tentukan mereka berlabel DPR, yang terkadang jadinya rawan menelep uang rakyat. Ya, mereka tanpa mandat sebagai dewan pun rasanya sudah selalu terdepan menyampaikan apa yang tengah terjadi pada rakyat.
Andaikan para dewan yang tengah duduk manis di kantor megahnya selalu seperti para penulis, yang setia menyampaikan kebaikan, betapa banyak kebaikan yang mereka tumbuhkan bagi bangsa. Karena semua hasil keputusan bangsa berasal dari suara halusnya. Tapi sayangnya, mereka seolah semakin senget merebut kue kekuasaan, bukan untuk kemaslahatan. Apa mungkin mereka sudah lama tidak dengar suara serak Iwan Fals, atau bahkan sedang tertidur pulas di balik tirai rupiah.
Para artis dan musisi. Mereka bukan tidak hebat, tapi saya tidak salah jika mengatakan bahwa posisi mereka kurang seranah dengan rakyat, karena kehidupan rakyat jauh tidak seasyik mereka ketika bertayang di acara property. Makanya kurang baik jika popularitas yang justru mereka jadikan jembatan untuk mendapatkan kursi dewan perwakilan rakyat.
Hemat saya, daripadanya, ada yang lebih tau tentang keadaan rakyat, lebih seranah dan lebih dapat dipercaya, yaitu mereka yang selalu mengkaji kehidupan rakyat, mereka adalah para penulis yang setia menyampaikan aspirasi rakyat. Tanpa label DPR yang harus dihonor pun mereka telah selalu mewakili rakyat. Salam aspirasi !
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Jember, 14 Agustus 2018 | Room, 22.00
No comments:
Post a Comment