Artikel || Opini || Catatan || Cerita || Puisi || Motivasi ¤ BERKARYA UNTUK SEMUA ¤

NYANYIAN UNTUK AYAH

"Sakitilah orang tuamu, maka kau akan merasakan penyesalan sebesar jagat raya"

®M Siryi Zamil


Engkau melihat sekarang ayahmu berada di depan matamu. Ternyata tangan itu adalah tangan ayahmu yang dingin dan tak  bergerak, lantaran aliran oksigen yang tak lagi ikut terpompa bersama aliran darah dari jantungnya. Sekarang engkau melihat sosok ayahmu yang setiap hari kau marahi dan hardik itu terbujur di depan matamu. Ayahmu telah pergi ....

***

Ingatlah, apa saja yang telah kau perbuat kepada ayahmu. Betapa sering perbuatan yang kau lakukan selama ini sangat menyayat hati ayahmu, ketika kau bermanja dalam meminta sesuatu kesukaanmu tanpa berpikir betapa sulit ayahmu harus mendapatinya. Engkau memaksa, padahal untuk medapatkan sesuatu tersebut, ayahmu harus pergi ke sawah menyangkul, menyiksa tubuh di bawah terik panas matahari dan banyak lagi kerja keras lainnya. Lihatlah, lihatlah, pagi buta ayahmu pergi  dan sore ayahmu pulang. Lihatlah, baju ayahmu yang basah dengan keringat saat pulang dari kerjanya. semua demi memberi sesuap nasi dan uang jajan harianmu.

Sejak dulu ayahmu Ingin sekali membeli baju baru, tapi ayahmu selalu tahan supaya kau bisa beli baju baru, supaya kau tidak malu dengan teman temanmu. Sejak dulu Ayahmu ingin beli sandal baru, tapi ayahmu selalu tahan supaya kau bisa beli sepatu baru, supaya kau sama dengan teman-temanmu. Namun begitu kau selalu  saja meminta sesuatu  kesukaanmu yang harganya sangat mahal. Ya, engkau meminta ayahmu untuk membelikan handphone baru dan sepeda baru. Engkau katakan kepada ayahmu sambil menangis, bahwa kau tidak ingin sekolah jikalau tidak dibelikan handphone dan sepeda baru. Ayahmu bilang bahwa uang yang dimiliki tidak cukup untuk beli barang semahal itu,  namun Engkau masih saja memaksa dan marah kepada ayahmu. Ayahmu hanya diam, lalu dia pergi ke tetangga sebelah rumahmu, mencari pinjaman uang untuk beli handphone dan sepeda baru untukmu.

Setelah ayahmu membelikanmu barang itu, kau sangat senang. Kau tidak sadar bahwa di balik kesenanganmu, ada tumpukan hutang yang ayahmu sembunyikan darimu. Iya, ayahmu terbeban hutang bahkan sampai merasa tidak mampu bagaimana untuk melunasi hutang hutang tersebut. Pikirannya bingung,  badannya terasa lemah. Ayahmu mulai sakit sakitan, tetapi  kau asyik keluyuran dengan sepeda barumu bersama teman-temanmu.

Engkau pulang, tiba di rumahmu, kau melihat kerumunan orang orang di dalam rumahmu. Kau bingung dan bertanya apa yang terjadi,  lalu kau menghampiri kerumunan itu dan melihat sesosok tubuh yang ditutupi kain. Ternyata... tubuh yang tertutup kain itu adalah ayahmu, iyah dia ayahmu... Seketika kau  histeris, berteriak selantang lantangnya... Ayah!

Engkau  jadi teringat saat beberapa hari lalu saat  melihat wajahnya yang semakin tua dan layu karena memikirkan masa depanmu. Engkau melihat wajahnya yang semakin tua dan layu karena melihat anaknya yang tidak pernah menurut dengan perkataanya. Engkau melihat wajahnya yang semakin tua dan layu karena mungkin ayahmu sedang sakit.  Engkau melihat wajahnya yang semakin tua dan rambutnya semakin putih karena ayahmu menderita penyakit kronis yang ayahmu tidak ceritakan kepadamu lantaran takut mengganggu pelajaranmu.

Saat ini kau sadar bahwa ayahmu adalah sesosok yang sangat sayang kepadamu. Kau ingat dan membayangkan saat kecil dulu, saat ayahmu tersenyum kepadamu, senyum yang sangat indah, lalu mengecup keningmu, dan mengusap wajahmu, ayahmu mengusap keningmu saat kau sedih di waktu TK dulu, lalu memelukmu membuat dirimu merasakan energi cinta dan keikhlasan mengalir dalam urat nadimu. Betapa besar kasih sayangnya kepadamu... Namun saat ini, ayah pergi meninggalkanmu.

Saat ini kau hanya bisa berteriak diiringi tangis yang meraung raung...

***

Ibumu membisik di telingamu : " Ayahmu memang tidak mengandungmu, tapi dalam darahmu, mengalir darahnya... Ayah memang tidak melahirkanmu, tapi suaranyalah yang pertama kau dengar ketika lahir untuk menenangkan jiwamu.... Ayah memang tidak menyusuimu, tapi dari keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu... Ayah memang tidak menyanyikanmu, agar kau tertidur, tapi dialah yang menjamin kau tetap nyaman dalam lelapmu... Ayah memang tidak mendekapmu seerat ibumu, itu karena dia khawatir karena cintanya ia tidak bisa melepaskanmu...

Sayangi dan hormati ayahmu... memang surga ada di telapak kaki ibumu, tapi tidak ada surga untukmu tanpa keridhaannya... Memang kau diminta mendahulukan ibumu, tapi ayahmu adalah jiwa raga ibumu...

Dan kali ini ayahmu pergi untuk selamanya... Wahai anakku yang ibu cintai, relakanlah ayahmu pergi... doakan semoga ayahmu tenang di alam sana...  Maafakan ayahmu apabila kau merasa resah lantaran ayahmu  terlalu mengatur hidupmu, nak... ketika ayahmu senantiasa menyuruhmu sholat lima waktu, ketika ayahmu senantiasa menyuruhmu belajar dan mematikan televisi, ketika ayahmu senantiasa menyuruhmu berbakti kepada ibu dan ayah... Sebenarnya ayahmu tidak minta apa apa nak,  ayah dan ibumu hanya minta doakan satu menit saja setelah sholat sholatmu, nak... Ayah dan ibumu menginginkan kau menjadi anak yang baik dan sholeh yang setia berbakti dan mendoakan ayah dan ibumu setelah tiada kelak...

Engkau  memeluk ibumu, sembari berlinangan air mata. Hatimu memanjatkan doa doa.

"Robbigh firli waliwa lidayya warhamhuma kama robbaya ni sho ghiroo...

Ya Allah, maafkan hamba dan maafkan dosa orang tua hamba. Sayangi mereka sama saat mereka menyayangiku saat kecil dulu... Lindungi mereka sama saat mereka melindungiku dulu seolah tubuhnya menjadi selimut, tidak rela satu  nyamuk pun menyentuh kulitku. Sayangi mereka sama saat mereka menemaniiku di rumah sakit dulu. Sayangi mereka sama dengan saat mereka menghantarku  sekolah TK dulu, sama dengan ketika  memasakan aku makanan kesukaanku, padahal mereka masih belum sarapan untuk mengisi perutnya. Dan mereka selalu mendoakan demi kesuksesanku. Sayangi mereka, Ya Allah...  Seandainya aku masih diberi kesempatan untuk memberikan kebahagiaan kepada mereka....  Aku akan mengajaknya bertowaf di baitullah...  Aku ingin sekali mengajak menggandeng tangannya untuk ber sa'e  antara Sofa dan Marwah, untuk berdoa di Raudah dan masjid Nabawi, ya Allah...     Ya Allah berikan kekuatan padaku untuk bahagiakan orang tuaku...*


|Jember, 18 Juli 2018 |Kantor, 22.00


AYAH, KURIMKAN DOA...

Ayah, kukirimkan doa...
semoga engkau tenang di alam surga...
ayah, kan kuingat selalu...
pengorbanan yang telah engkau berikan...

Ayah, terlalu cepat kau pergi...
meninggalkan aku sendiri...
ayah, takl bisa aku ingkari...
tanpa engkau hidupku terasa sunyi...
ayah, dengarkanlah...

Dan teringat saat kepergianmu
kutaburi bunga mawar untukmu...
dan berdoa untuk melepaskanmu...
ayah, berlinang air mataku...
Share:

No comments:

Post a Comment