BERPIKIR SAMBIL BERTINDAK
Beberapa tahun yang lalu, saya kenal seseorang (tak perlu saya sebutkan namanya). Usianya sedikit tua, sekira 45 tahun, rumahnya di kawasan kota Jember.
Tak jarang saya mendatanginya dan meminta pendapat atau solusi kepadanya. Memang sejak pertama kali saya duduk dan berbincang dengannya, banyak sekali solusi yang dapat saya ambil darinya. Ya, kata orang akademisi, orang semacam itu solutif wawasannya.
Dalam ranah belajar, saya semenjak itu lebih suka bertukar pemikiran atau pengalaman dengan orang-orang yang kadar kedewasaannya di atas saya, baik yang lebih tua maupun, yang pendidikannya lebih tinggi daripada saya.
Dan kau tau, orang itu selain lebih tua juga pendidikannya jauh lebih tinggi, dan mungkin prestasi di masa mudanya lebih ada ketimbang saya. Bayangkan di usianya yang ke 21, dia sudah lulus S1 dan pada usia 25 tahun lulus S2. di salah satu Universitas terkemuka di Jember. Semangat pendidikannya luar biasa.
Di awal-awal semester pertama, saya mendatanginya untuk bertanya dan meminta solusi kepadanya, seputar perjalanan mengajar karier oleh anak seusia saya. Dia mengarahkan bahwa kalau masalah karier, agar tidak seperti dia. Ya, dia bilang "jangan seperti saya! ". Saya pun sedikit bingung, mengapa tidak, orang pandangan saya, dia berpengetahuan tunggi dan berpengalaman luas, bahkan pengalaman kerjanya dimana-mana.
Dia pun bercerita, sejak di bangku sekolah dia fokus belajar hingga lulus dari perguruan tinggi pun dia mencari kerja dan fokus bekerja. Lama sekali kerja di Bank, pernah juga menjadi karyawan di Metro TV di Surabaya. Namun tidak lama pindah lagi ke Bank dan banyak perusahaan lagi yang dia singgahi sebagai tempat kerjanya. Namun saat ini berhenti bekerja disana.
Sekarang malah mendaftar jadi guru honorium biasa. Dia bilang bahwa teman-teman sebayanya dan bahkan teman-teman angkatan setelahnya sudah banyak yang menjadi PNS dan setidaknya guru sertifikasi. Kata dia, sekarang mereka tenang hidupnya.
"Terkadang untuk meraih impian, orang itu hanya selalu berpikir saja, ia enggan bertindak, usaha itu tidak akan bisa. Ada juga hanya bertindak saja tanpa berpikir bagaimana kedepan nasib yang menimpa, ia juga sangat sulit bisa, contonya saya. Yang paling baik itu, berpikir sambil bertindak, ia tak henti berencana dan bekerja buat rencananya" Ujarnya. Saya pun membenarkan sembari menganggukkan kepala.
"Makanya, kalau soal karier jangan seperti saya" Tegasnya.
"Lalu, apa menurut jenengan solusi terbaik bagi orang seperti saya, pak?" Tanyaku.
"Di tengah membludaknya pengangguran seperti saat ini, bagi mahasiswa sepertimu, ya sekolah dan berusaha untuk sambil bekerja" Jawabnya.
Dari percakapan di atas, menjadi renungan bagi saya dan juga siapa saja, yang membaca tulisan ini, bahwa yang terbaik itu, adalah ketika kita berpikir dan sambil bertindak. Makna turunannya, sekolah sambil bekerja dan masih banyak turunan lainnya.
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Sampang, 25 Juni 2018 |Rumah, 11.00
No comments:
Post a Comment