Sebelumnya, Selamat Hari Lahir Pancasila !
01 Juni 1945, adalah tanggal lahir Pancasila. Baru 73 tahun menjadi dasar negara. Baru seumuran kakek muda. Pancasila dipelajari dan dikaji oleh semua orang se-Nusantara. Karena katanya dengan mengamalkannnya tanah air kita terpelihara. Memelihara berjuta perbedaan menjadi satu padu damai, tentram dan aman sentosa.
Pancasila lahir dari rahim keilmuan para ulama, setelah sebelumnya berjuang mengusir penjajahan. Sumbernya pun dari syariat Islam meskipun tidak secara keseluruhan. Namun saat ini ulama memperjuangkan Islam malah dianggap intoleran dan dituduh segala macam. Ketahuilah, Islam adalah kelompok yang pertama kali bangkit menyuarakan kebenaran, apabila melihat suatu kedzoliman yang mengancam. Jadi, sama sekali tidak dibenarkan apabila mendakwahkan syariat Islam dianggap membahayakan, selagi tidak menyimpang. Itu merupakan upaya membenturkan antara anak dan induk yang melahirkan.
Para penguasa sekarang seolah menjadikan Pancasila sebagai jurus jitu untuk menyerang. Lihatlah, ketika HRS dipersekusi dan diancam akan ditahan, UAS dibilang radikal dan membahayakan, UFS dianggap intoleran dan menebar perpecahan, sehingga pengajiannya sering kali dibubakan dan banyak lagi ulama dan pemuka agama yang jadi tersangka dan dipenjarakan. Semua itu atas dalih anti-NKRI dan anti-Pancasila, padahal Islam telah mengatur segala aspek kehidupan, secara keseluruhan, tak ada yang tertinggal, dan itu semua demi kebaikan, kebaikan pribadi, keluarga, masyarakat bahkan negara, baik bagi muslim maupun bukan. Janganlah dibenturkan !
Pancasila yang dijadikan ideologi untuk menjaga negara kesatuan ini sebenarnya baru sekali dirancang. Sebelum ada Pancasila, Islam lah yang jadi semangat juang untuk mendapatkan kemerdekaan dan memelihara persatuan. Mereka tidak berdasar Pancasila, namun Islam
Flash back, Sunan Kalijaga, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Sultan Hasanuddin, Cut Nya' Dien, Kyai Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah, Kyai Hasyim Asy'ari saat mendirikan NU, para pendiri Boedi Utomo, para pencetus Soempah Pemoeda, itu semua belum kenal Pancasila. Mereka memang mengamalkan nilai-nilai yang kemudian disebut terkandung dalam Pancasila, karena mereka mengamalkan syari'at Islam.
Semua yang mendakwahkan syari'at Islam, pastilah dapat dikatakan telah mengamalkan Pancasila. Tidak mungkin kita mengatakan para pahlawan itu anti Pancasila. Tetapi Sunan Kalijaga dulu tetap disebut menyebarkan Islam, bukan menyebarkan Pancasila.
Karena itu sangatlah aneh, kalau kemudian upaya mendakwahkan syariat Islam dibenturkan dengan Pancasila, karena tanpa syariat Islam, Pancasila tinggal sebagai falsafah yang tidak pernah dapat diperjelas bentuk kongkritnya seperti apa.
***
Jadi, mengamalkan syariat Islam itu dalam kebaikan bernegara sudah melebihi pengamalan Pancasila. Titik !
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 14 Ramadhan 1439 H.
|Jember, 01 Juni 2018 |Bundaran Kalisat, 19.10
No comments:
Post a Comment