ANTARA SUKA DAN TIDAK SUKA
Hidup di era sekarang semuanya serba bebas, manusia seolah tak mau terikat. Dalam mengambil sumber ajaran mereka tidak lagi pada kebanaran yang mutlat, tapi lebih pada pemikiran hawa nafsu yang membuatnya puas. Pasalnya, yang hak terkadang tak dilihat, namun yang batil disikat. Dari situlah sehingga keadaan dunia saat ini dapat terlihat dwngan jelas antara kubu yang sehat dan kubu yang cacat dalam kaca mata syariat.
Kata temanku, dewasa ini orang-orang hidup berorganisasi dan mencintai organisasinya dengan sangat amat. Sehingga mereka tidak mau menerima suply dari organisasi lain yang dianggapnya saingan ketat, sekali pun suply tersebut mengandung kebenaran yang bersifat mutlak.
Antara suka dan tidak suka. Sangat mungkin seseorang yang dulu pernah berselisih denganku, dia tidak mau menerima apa yang kukatakan sekalipun yang kukatakan tersebut adalah fakta dan sesuai realita. Alasannya, karena dia tidak suka. Sikap seperti itu bahaya, tidak boleh kita pelihara, karena orang-orangnya akan selalu melakukan pembenaran dan selalu mempelintir kebenaran yang ada.
Sama dengan, ketika yang menyampaikan adalah HRS, kelompok di luar organisasinya tidak mau menerima fatwanya sekali pun yang disampaikan benar adanya.
Sama dengan, ketika UFS yang menyampaikan materinya, orang -orang yang tidak suka selalu menolaknya, padahal bisa saja kebenaran ada disana.
Sama dengan, ketika UAS yang mengisi ceramahnya, kelompok yang merasa terancam kepentingannya malah memusuhinya. Padahal andaikan mereka memikirkannya dan menyadari perbuatannya, bisa lebih baik hidupnya.
Berbeda ketika yang berfatwa dari kelompok yang sama, tanpa mengakaji terlebih dahulu langsung diterima, padahal belum tentu kebenarannya. Alasannya, karena dia dari kelompok yang sama, sehingga mau tidak mau harus menyukainya. Makanya tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa banyak ulama yang membingungkan umatnya karena fatwa yang disampaikan melenceng namun mengatasnamakan agama.
Dan lain sebagainya dan lain sebagainya.
***
Mengambil suatu fatwa itu, jangan berdasar pada "suka dan tidak suka" tapi berdasarlah pada "benar dan tidak benar", yang datangnya bisa dari mana-mana. Mau siapa dan dari mana asalnya jika dia berkata benar sesuai standart kebenarannya terlebih agama, ambilah ia dan abaikan (jangan diambil) yang tidak benar.
"Lihatlah apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang nenyampaikan !"
|Penulis : *M Siryi Zamil
|Tulisan 18 Ramadhan 1439 H.
|Jember, 05 Mei 2018 (Kamarku, 14.52)
No comments:
Post a Comment